Header Ads Widget

Ayo Belajar Melek Keuangan, Cegah Anda Jatuh Miskin



Gerakan Literasi Nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan bahwa pengertian melek finansial, adalah kecakapan dalam mengaplikasikan pengetahuan terkait konsep dan resiko sehingga mampu mengambil keputusan efektif terkait finansial agar kesejahteraan finansial meningkat, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
Definisi lain menurut lembaga finansialku, di laman webnya menjelaskan bahwa Melek keuangan keluarga atau dalam bahasa Inggris (financial literacy), adalah pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola keuangan keluarga.

Masyarakat harus melek keuangan untuk dapat mengendalikan anggaran pendapatan dan belanja keluarga agar terhindar dari kondisi minus (defisit) anggaran Rumah Tangga setiap tahun.

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Kita Tak Punya Alasan Untuk Mengenyahkan Cinta Dan Belaskasih

Untuk itu, setiap keluarga seharusnya menentukan sumber pendapatan dan pengeluaran tahunan dengan saksama. Pengeluaran tahunan mesti direncanakan secara bijak mengacu kepada jumlah pendapatan dan keputusan memprioritaskan penggunaan anggaran untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sekunder. Hal ini tentu dilakukan dengan kalkulasi yang cermat mempertimbangkan potensi pendapatan dan kebijaksanaan dalam mengeluarkan uang agar mencegah terjadinya kondisi dimana pengeluaran lebih tinggi daripada pendapatan atau biasa dikenal dengan peribahasa, besar pasak daripada tiang.
Jika mengabaikan hal ini dalam pengelolaan keuangan maka akan berimplikasi kepada tindakan yang dinilai kurang bijaksana, seperti meminjam uang pada rentenir atau menggadai tanah/aset untuk bisa mendapatkan uang kepada lembaga keuangan yang memberi pinjaman dengan bunga yang relatif tinggi. Tidak sedikit kasus orang terpaksa menjual tanah karena terlilit/terjerat hutang atau aset tanahnya disita oleh lembaga keuangan baik bank maupun koperasi kredit. Kita sering melihat plang bertulis "tanah ini telah disita atau dalam pengawasan"di beberapa tempat di Manggarai-Flores. Pemiliknya tidak mampu lagi mengembalikan kewajiban untuk membayar hutangnya.

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Nama Tuhan Itu Menantang Namun Membawa Harapan


Untuk konteks Manggarai, kehati-hatian dalam pengelolaan kekuangan menjadi penting bahkan mendesak saat ini, sebab pos pembelanjaan tahunan dari setiap rumah tangga semakin banyak yang mengakibatkan nilai pengeluaran (rupiah) bertambah tinggi, sebagai satu contoh, adalah pos pengeluaran untuk urusan sosial kemasyakatan cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan tampaknya fakta ini memberatkan keluarga-keluarga dari segi keuangan.


Acara-acara pengumpulan dana sebagai satu hasil dari konstruksi sosial (kesepakatan sosial) masyarakat manggarai untuk membantu biaya pendidikan dan pernikahan dari satu anggota keluarga dalam komunitas kampung/desa yang diadakan setiap tahun dan wajib dihadiri. Konsekuensinya adalah acara ini menjadi salah satu pos pengeluaran wajib dari setiap Rumah Tangga.


Pengakuan dari semua peserta pelatihan melek keuangan di beberapa kelompok masyarakat, bahwa pengeluaran untuk urusan sosial kemasyarakatan yang nilai sangat besar memicu keluarga-keluarga meminjam uang kepada para rentenir dengan bunga pinjaman cukup tinggi dan memberatkan. Padahal, ditelisik di sisi penghasilan atau pendapatan keluarga khususnya petani cenderung menurun akibat dari hasil pertanian yang juga menurun. Selain itu, situasi lainnya adalah masih banyak lahan (asset) yang belum dikelola untuk menjadi sumber penerimaan keluarga. Beruntung disisi penerimaan sebagian besar dari mereka bersumber dari bantuan sosial PKH/BLT.

Terhadap kondisi ini maka dirasa mendesak untuk menyadarkan petani-petani tentang bagaimana mengatur keuangan dan mengoptimalkan pemanfaatan asset untuk meningkatkan penerimaan keluarga setiap tahun demi menjamin kemandirian keluarga dari segi finansial.


Baca juga yang ini; Budaya Lejong Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Hortikultura Di Desa Golo Worok Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai


Satu pengalaman terkait pengetahuan melek keuangan dari kelompok disabilitas desa


Pada bulan april 2024, Yayasan Ayo Indonesia menyelenggarakan pelatihan melek keuangan bagi 20 KK anggota Kelompok Disabilitas Momang Koe Desa Mata Wae, Kecamatan Satar Mese Utara, Manggarai.

Kegiatan ini difasilitasi oleh Rikardus Roden, salah satu pengurus Kopersi Simpan Pinjam CU Florett, berpengalaman menjadi narasumber untuk melek keuangan dasar. Pelatihan ini menerapkan metode Lejong (refleksi/diskusi) untuk mengidentifikasi, sumber Pendapatan, nilai pendapatan, dan pos Pengeluaran dari Peserta Pelatihan.


Fasilitator menanyakan kepada para peserta apakah mereka memahami tentang melek keuangan ? apa saja sumber pendapatan atau penerimaan selama setahun?, apa saja jenis pos pengeluaran selama setahun?, Berapa Nilai Pendapatan/pengeluaran dan apakah masih ada asset dalam bentuk lahan yang belum dimanfaatkan?
Metode lejong ternyata menciptakan suasana pelatihan yang bersifat partisipatif dan interaktif agar peserta bebas mengemukakan pengalaman yang sudah sedang terjadi berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga (APDK) kemudian bersama-sama memberi kesimpulan, untuk menjawab apakah mereka aman secara finansial.

Baca juga yang ini; KSP CU FLorette: Pinjaman Musiman Dapat Menjamin Konsistensi Produksi Petani Agrobisnis Sayuran


Umumnya mereka tidak memahami apa itu melek keuangan. Pengetahuan mereka tentang pengelolaan keuangan masih terbatas pada aspek Penerimaan dan Pengeluaran. Hal ini berdampak kepada ketidakbijaksanaan dalam membelanjakan uang. Mereka semua mengaku bahwa yang sedang terjadi di setiap rumah tangga mereka adalah pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Kekurangan uang menjadi persoalan utama, kondisi ini diperparah oleh satu perilaku ketidakcermatan dalam mengkalkulasi kemampuan pendapatan dalam memutuskan pembelanjaan. Mereka juga tidak berani dalam memutuskan nilai yang wajar ketika menghadiri acara pengumpulan dana untuk urusan social kemasyarakatan. Keputusan untuk menyediakan dana bagi urusan tersebut lebih dipengaruhi oleh pertimbangan relasi social (merasa tidak enak kalau menyumbang dengan nilai rupiah kecil) padahal dalam kenyataan mereka tidak memilik uang yang cukup.
Mereka menggantungkan hidup pada usaha pertanian, tenun dan menempa Parang tetapi belum menerapkan tata Kelola usaha yang baik, misalnya sayur-sayuran yang mereka tanam tidak mengacu kepada anggaran pendapatan dan belanja keluarga (APBK). Padahal berkebun, beternak, menenun, dan menempa parang adalah sumber pendapatan dalam APBK.

Di sisi pengeluaran ternyata jumlah dan jenis pengeluaran terus meningkat/bertambah (sebanyak 16 item pembelanjaan), selain untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, terbilang cukup besar untuk pengeluaran tahunan adalah untuk urusan adat dan sosial kemasyarakatan. Jika membandingkan dengan fakta sumber dan jumlah pendapatan, tidak salah kalau mereka mengalami deficit anggaran dari tahun ke tahun. Di pos pengeluaran tidak ada untuk saving atau investasi, hal ini yang menimbulkan ketidaknyaman keluarga ke depannya dari aspek finansial. Mestinya uang yang diperoleh harus mengutamakan untuk disimpan di Koperasi Kredit atau bank demi menjamin kenyamanan finansial di masa depan. Tawaran dari narasumber adalah sebesar 30 – 40 persen penghasilan harus disimpan, jika disimpan ke dalam koperasi maka pengalokasiannya dari 40 persen tersebut, sebesar 10 persen disimpan pada jenis simpanan SIBUHAR, 40 Persen pada simpanan pendidikan (SIDANDIK) dan sisanya disimpanan pada Jenis Simpanan Sukarela (SISUKA). Untungnya dari cara pengelolaan keuangan seperti ini adalah setiap bulan mereka mendapatkan penerimaan pasif dari Bunga Simpanan.

Baca juga yang ini; Pastoral Diakonia, Aku Susah Kamu Bantu, Kamu Susah Aku Bantu


Rekomendasi

Kepada para peserta palatihan narasumber menyarankan untuk menghitung semua sumber pendapatan dan pengeluaran tahunan secara tepat kemudian mencatatnya ke dalam Buku Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga. Berangkat dari data itu,pasti dapat mendorong mereka untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk usaha ternak dan sayur-sayuran, sebab pengeluaran mereka lebih besar dari pendapatan. Menegaskan kepada mereka bahwa APBK menjadi acuan dalam menentukan skala usaha ternak, pertanian, tenun, dan menempa parang. Selain itu, menyarakan kepada mereka agar ke depannya 30-40 persen dari pendapatan dialokasikan untuk saving dan investasi di Koperasi kredit atau bank. Sedangkan investasi lain adalah memanfaatkan lahan pertanian untuk agribinis walaupun berskala kecil, sebab 54 persen sayuran di Pasar Ruteng diimpor dari luar.
Tidak hanya itu, mereka juga didorong untuk menjadi anggota koperasi kredit(bagi yang belum masuk), sedangkan yang sudah bergabung dengan Lembaga keuangan koperasi disarankan untuk menyimpan setiap bulan, baik untuk menambah simpanan saham maupun dana untuk pendikan anak-anak. Koperasi juga bisa menjadi penyedia modal untuk menghidupkan asset dalam bentuk tanah.

Kemudian mereka juga dinasehati agar nilai pengeluaran untuk urusan sosial kemasyarakatan harus disesuai dengan kemampuan sebab jika hal ini tidak dilakukan dengan perhitungan yang cermat dapat berimplikasi buruk, misalnya terjebak pada rentenir atau Lembaga keuangan yang melayani pinjaman dengan mematok bunga pinjaman relative tinggi. Keputusan mengeluarkan uang harus mengacu kepada anggaran dan memegang prinsip bijaksana dalam mengelola uang. Mereka diingatkan bahwa penghasilan petani sering tidak pasti karena sangat bergantung kepada kondisi iklim, alam, dan pasar. Terhadap situasi ketidakpastian ini maka sangat diperlukan perilaku hemat dan mengeluarkan uang sebaiknya diprioritaskan untuk menabung, memenuhi kebutuhan pokok, Pendidikan anak-anak, dan Kesehatan.

Bagi staf dari Yayasan Ayo Indonesia, sebaiknya melakukan pendampingan usaha mereka dengan mengacu pada APBK yang telah disusun awal tahun dan pada akhir tahun APBK dievaluasi untuk menilai apakah pendapatan bertambah dan pengeluaran lebih berkurang (ditekan) karena pembelajaan mereka lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan daripada keinginan.

UmpungJaya; Rik dan Mein



Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
  1. Pendiri SVD        :  1875
  2. Pendiri SSpS       :  1889
  3. Pendiri SSpS-Ap :  1896
  1. "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya." 
  2. "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
  3. Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak  boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
  4. "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
  5. "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."

St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN


Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Minggu (10/3/2024) menyelenggarakan pertemuan pastoral untuk membentuk kepanitian Prosesi Sakramen Maha Kudus (Juni 2024) dan Perayaan Pesta Intan (75 tahun) Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong pada bulan juni tahun 2025, bertempat di Pendopo Pastoran.

Pertemuan dihadiri oleh Pator Paroki, Dewan Inti Pastoral, utusan komunitas Biara Suster (KFSA/PSM/AHKYB/PSM), Ketua Wilayah (Woang/Redong/Perumnas), Utusan dari Kelompok Katergorial (Vanclar/KTM/Legio Maria/OMK). Jumlah mereka sebanyak 35 orang.






Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar  

Pohon Mangga ini tumbuh baik hingga saat ini di kebun salah satu keluarga di Paroki Lengkong Cepang. Benihnya disediakan oleh Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss, tahun 2014. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023) 




Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).

Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)


Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI:



Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong

Posting Komentar

0 Komentar