Header Ads Widget

Budaya Lejong Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Hortikultura Di Desa Golo Worok Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai


HASIL PENELITIAN TENTANG BUDAYA LEJONG DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI HORTIKULTURA DI DESA GOLO WOROK KECAMATAN RUTENG KABUPATEN MANGGARAI 

Inosensius Harmin Jandu1*), Fabianus Gangkur1), Wigbertus Gaut Utama1)Polikarpus Payong1)

 Universitas Katolik Santu Paulus

 Ruteng


Lejong sebagai satu cara untuk mempengaruhi cara berpikir


Desa Golo Worok merupakan salah satu desa di Kecamatan Ruteng dengan luas wilayah 518,34 Ha. Batas utara dari Desa ini adalah Kabupaten Manggrai Barat, batas timur Desa Pong Lale, batas selatan Desa Belang Turi, dan batas barat Kabupaten Manggrai Barat. Kondisi geografis Desa Golo Worok berbukit dan bergunung. Kawasan tersebut sesuai dengan pemanfaatan Desa Golo Gorok. A. Perkebunan Pemukiman Luas 250 Ha. B. Luas Sawah 5 Ha. C. Luas Perkebunan 55,5 Ha. D. Luas Hutan 505 Ha. 

Gambaran Umum Kelompok Tani Binaan Ayo Indonesia di Kelompok Tani Desa Golo Worok Ca Nai. 

Kelompok Tani Ca Nai didirikan pada tanggal 10 Januari 2019, dengan pengurus dan anggota berasal dari wilayah Desa Golo Worok di Wela. Kelompok tani mempunyai pengurus dan anggota yang dipilih dan ditentukan oleh rapat anggota Kelompok Tani. Mereka memilih usaha sayuran sebagai salah satu sumber pendapatan keluarga.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden erat kaitannya dengan kondisi dan aktivitas responden. Karakteristik responden kelompok tani Desa Golo Worok Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai meliputi jenis kelamin, usia responden, dan pendidikan.

Tabel. Karakteristik Responden

 

 

Karakteristik

Keterangan

Jumlah

Persentase%

Jenis kelamin

Pria

17

85

 

Wanita

3

15

 

Total

20

100

Usia

20-30

3

15

 

30-40

5

25

 

40-50

12

60

 

Total

20

100

Pendidikan

SD

7

14

 

SMP

10

50

 

SMA

9

45

 

Sarjana

1

5

 

Total

20

100

Sumber: Data primer diolah, 2023 

 

 


Dari tabel di atas dapat digambarkan, berdasarkan jenis kelamin: laki-laki berjumlah 17 orang dengan persentase 85%, sedangkan responden perempuan berjumlah tiga orang dengan persentase 15%. Berdasarkan umur: umur 20-30 tahun berjumlah 3 orang dengan persentase 15%, umur 30-40 tahun berjumlah 5 orang dengan persentase 25%, dan umur 40-50 tahun berjumlah 12 orang dengan persentase 60%. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan SD berjumlah 7 orang dengan persentase 14%, pendidikan SMP berjumlah 10 orang dengan persentase 50%, pendidikan SMA berjumlah 9 orang dengan persentase 45% dan sarjana. pendidikan berjumlah 1 orang dengan persentase 5%. Hal ini didukung oleh salah satu penelitian yang menemukan bahwa kombinasi umur, tingkat pendidikan, dan lama bertani berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengetahuan petani tentang manfaat dan cara penggunaan kartu petani (Gusti et al., 2022).

BAHAN DAN METODE

Lokasi penelitian di Desa Golo Worok Kecamatan Ruteng. Kawasan tersebut termasuk Desa Golo Worok, salah satu desa binaan Ayo, Indonesia. Waktu dan pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Desember sampai Maret 2022. Desain penelitian: dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Metode penelitian ini menggambarkan keadaan yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menyusun data dalam klasifikasi tertentu, kemudian menganalisisnya dan menyimpulkan hasil penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Untuk memperoleh data primer digunakan metode observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh melalui beberapa literatur yang memenuhi kebutuhan penelitian. Populasinya adalah seluruh anggota Kelompok Tani yang berjumlah 20 orang. Sampel penelitian ini merupakan sampel jenuh yang artinya diambil berdasarkan jumlah populasi.

Analisis data penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif (Sugiyono, 2016). Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengukur pengaruh budaya lejong dalam pemberdayaan kelompok tani. Sebaliknya, analisis kualitatif mengukur proses dan dampak yang dirasakan kelompok tani Desa Golo Worok. Data-data yang berkaitan langsung dengan penelitian ini akan dianalisis melalui proses berpikir untuk mengatasi data-data yang menyangkut latar belakang objek.

Aneka Jenis sayuran di Kampung Wela

Hasil Penelitian


Pengaruh Lembaga Sawadaya Ayo Indonesia

Lembaga swadaya Masyarakat Yayasan Ayo Indonesia memiliki peran penting dalam keberlangsungan usaha kelompok tani desa golo worok dapat dibuktikan dengan hasil analisis yang tampilkan di bawah. 

Tabel 2. Pengaruh Budaya Lejong Pemberdayaan Kelompok Tani

 

 

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

(Constant)

0.536

0.876

 

0.684

0.769

Budaya Lejong

0.660

0.131

0.674

5.675

0.002

Sumber: Data primer diolah, 2023

 

 

 


Berdasarkan tabel di atas ketahui nilai signifikan adalah sebesar 0,002. Karena nilai signifikannya 0,002<0,05, maka dapat disimpulkan budaya lejong mempunyai pengaruh terhadap pemberdayaan Kelompok Tani Desa Golo Worok. Kehadiran LSM Ayo Indonesia menjadi lokomotif bagi Kelompok Tani Cai Nai Desa Golo Worok.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ayo Indonesia berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan, terutama dalam sektor pertanian, melalui pembentukan kelompok tani. Meningkatkan dan mendorong petani untuk menjadi lebih mandiri dan berdaya dengan mendukung dan mendampingi kegiatan pertanian dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. (Ningrum et al.,2022). Penguatan kelompok tani dan kemandirian kelompok tani berpengaruh terhadap regenerasi petani. (Wardani & Anwarudin, 2018). Pemberdayaan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang rendah, partisipasi masyarakat yang kurang. (Mutmainna et al., 2016). Kelompok tani padi dapat memperoleh hasil panen yang lebih baik melalui pendampingan, penyuluhan, dan pendampingan terhadap kegiatan panen padi dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia, serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan panen padi.(Ningrum et al., 2022). 

Pemberdayaan kelompok tani di desa Mobuya belum mencapai tingkat keberhasilan yang optimal karena pemerintah kurang memperhatikan dan berpartisipasi secara langsung dalam mengatasi kendala yang dihadapi oleh kelompok tani dalam hal modal, sarana dan prasarana pertanian, dan pembagian bantuan yang tidak merata.. (Raintung et al., 2021). Petani kakao menganggap peran pendamping sangat penting, dengan 88,3% termasuk dalam kategori sangat berperan, karena kegiatan pendampingan sangat membantu mereka. Namun, masih sulit untuk mendorong petani untuk mengubah perspektif mereka agar mereka dapat menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada bantuan pemerintah.


 Proses Budaya dalam Pemberdayaan dan Dampaknya


A. Proses Kebudayaan Lejong

Lejong merupakan kegiatan kebersamaan dimana masyarakat saling bertukar pikiran. Dalam budaya Lejong terdapat ruang diskusi baik secara kelompok maupun antar individu. Budaya Lejong merupakan kearifan lokal dalam berhubungan dengan orang lain. Yayasan Ayo Indonesia Yayasan Ayo Indonesia menerapkan budaya lejong untuk melakukan pendekatan pemberdayaan sosial ekonomi para petani peserta program di desa. Bagi Yayasan Ayo Indonesia, menerapkan budaya lejong merupakan upaya untuk mengubah cara berpikir petani. Dengan sumber daya manusia yang baik, perekonomian yang sehat didukung tenaga kerja yang profesional, dan berkurangnya angka pengangguran, maka upayanya akan terus ditingkatkan. (Supardi dkk, 2021). Lejong adalah wadah milik petani yang selalu mempertimbangkan bagaimana pertanian mempengaruhi kesejahteraan dari para petani. Dalam Budaya Lejong ini, kelompok tani akan mengidentifikasi permasalahan eksternal dan internal yang akan dirumuskan menjadi tindakan dan kegiatan. Pemberdayaan petani perlu diperhatikan untuk meningkatkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan (Silvi et al., 2023).  Pendampingan kelompok dilakukan secara berkesinambungan di lokasi usaha dan melalui komunikasi media elektronik untuk memastikan perkembangan usaha kelompok tani sasaran. Bantuan tersebut akan membantu petani mengembangkan jiwa kewirausahaan agrobisnis komoditas jagung untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan petani terhadap komoditas jagung (Suprapti & Moninthofa, 2018).

Dalam menjalankan Lejong, hal yang paling diprioritaskan untuk diperhatikan adalah terkait kemampuan petani dalam menjalankan usahataninya, kemampuan petani dalam mengelola keuangannya, dan kemampuan memanfaatkan teknologi dalam menunjang aktivitas. Hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa 1). produksi padi sebesar 6,71 ton/ha, 2) tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani termasuk dalam kriteria tinggi, dan 3) variabel pengetahuan, sikap, dan keterampilan berpengaruh secara alami baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap produksi (Fadhilah et al. ., 2018). Misalkan waktu penyuluhan dan bahan yang disuluhkan sesuai dengan kebutuhan petani. Dalam hal ini bahan dan cara yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan lapangan dan kondisi petani serta sarana penyuluhan, seperti alat, bahan, dan biaya, cukup sehingga penyuluhan pertanian akan efektif dalam mengubah perilaku (Widiastuti dkk., 2018). )

Yayasan Ayo Indonesia hadir dalam budaya sebagai salah satu cara berinteraksi dengan kelompok tani. Salah satu kebudayaan masyarakat Manggarai yang masih bertahan adalah kebudayaan Lejong. Lejong artinya saling berkunjung, saling mengunjungi, baik dengan tujuan tertentu atau sekedar berkunjung. Di Lejong, orang akan berbicara satu sama lain. Di Lejong ditunjukkan dengan mengikutsertakan keluarga-keluarga lain dan dihormati, diakui, dan dihargai secara setara. Menyambut tamu adalah salah satu cara untuk menunjukkan pengakuan atas kesetaraan martabat ini.

B. Dampak Pendekatan Lejong terhadap Kelompok Tani

Setelah intens melakukan pendampingan kepada petani, pengaruh pendekatan yang dilakukan Ayo Indonesia secara tidak langsung mengubah cara berpikir kelompok tani. Ayo Indonesia mulai melakukan sosialisasi dan diskusi terkait program pertanian. Proses perubahan cara berpikir dimulai secara perlahan melalui sosialisasi dan diskusi program dengan tujuan melihat keinginan masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik. Menunjukkan bahwa peran penyuluh dikategorikan sangat baik dalam menjalankan tugasnya sebagai katalis, komunikator, konsultan, dan organisator. Sedangkan motivator, pendidik, dan fasilitator tergolong baik (Novianda Fawaz Khairunnisa et al., 2021). Dalam sosialisasi dan diskusi disampaikan manfaat program yang akan diikuti oleh kelompok tani, penyusunan rencana, pelaksanaan, dan luaran kegiatan. Kelompok tani yang bersedia dibantu Ayo Indonesia selalu dipacu untuk maju dan kuat melalui pertemuan kelompok tani.

Melaksanakan kegiatan khususnya penguatan kelembagaan kelompok tani, ayo berperan sebagai penyuluh karena posisinya sebagai fasilitator. Lalu ayo Indonesia sebagai pekerja sosial memfasilitasi dan mendampingi secara penuh kelompok tani sehingga kemampuan pelatihan membentuk mereka. 

Ayo Indonesia mempunyai peran yang signifikan dalam penguatan kemampuan kelompok tani. Kehadiran ayo di Indonesia berdampak pada peningkatan kemampuan kelompok tani, baik dari segi organisasi dan administrasi, serta kemampuan petani dalam bercocok tanam secara hortikultura. Dengan pendekatan budaya lejong, Ayo Indonesia mendekatkan petani dan membentuk karakternya. Butuh waktu karena berbenturan dengan berbagai urusan individu masing-masing petani. Meski begitu, Ayo Indonesia terus intens mendampingi kelompok dan memberikan pelatihan agar kemampuan petani terbentuk. Model kemandirian petani mampu menjelaskan 91% sumber informasi dan dukungan lingkungan kelembagaan. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan penguatan informasi yang akurat, tepat, mendalam, dan disesuaikan dengan kondisi lokasi saat ini (Kusumadinata et al., 2021).

Budaya Lejong merupakan budaya lokal (silaturahmi) yang menjadi andalan Indonesia yang tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan kelompok tani. Pemberdayaan petani berarti memberikan daya kepada masyarakat dengan cara mengelola potensi yang telah dimiliki namun belum dioptimalkan sehingga menjadi suatu kekuatan dan memperoleh hasil yang diinginkan. Kami ingin Indonesia menjadi lembaga yang aktif berinteraksi dengan masyarakat, terutama melalui pelaksanaan program dan pendampingan. 

Budaya Lejong merupakan budaya lokal (silaturahmi) yang menjadi andalan Indonesia yang tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan kelompok tani. Pemberdayaan petani berarti memberikan daya kepada masyarakat dengan cara mengelola potensi yang telah dimiliki namun belum dioptimalkan sehingga menjadi suatu kekuatan dan memperoleh hasil yang diinginkan. Kami ingin Indonesia menjadi lembaga yang aktif berinteraksi dengan masyarakat, terutama melalui pelaksanaan program dan pendampingan. Upaya seperti ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat dan mencoba berbicara dengan pemerintah karena perbincangan tersebut. Program yang ada memerlukan partisipasi masyarakat. Ketertarikan masyarakat terhadap suatu program pembangunan akan erat kaitannya dengan partisipasi, artinya partisipasi meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan mereka, dibentuklah kelompok tani. Penyuluh pertanian memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan pendapatan dengan memenuhi persyaratan sangat baik dan sedang. Mereka juga membantu petani dalam menyelesaikan masalah dalam proses produksi mereka dengan memberikan layanan penyuluhan secara rutin. (Jandu dkk., 2023).

Ruang geraknya ada di seputar pertanian, khususnya dalam mengelola budidaya hortikultura. Pemberdayaan masyarakat melalui program urban farming pada kelompok tani Pemuda Tangguh melalui 3 tahap yaitu tahap penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pemberdayaan (Naputho Gambua, 2023). Penyuluh pertanian akan lebih efektif bila langsung dihadapkan pada sasaran sehingga cepat mendapat respon dari sasaran. Cara ini dapat bermanfaat terutama dalam menarik perhatian dan membangkitkan hati para penyuluh (Jandu & Utama, 2024). Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan menyediakan dan melengkapi fasilitas penunjang kegiatan, berkomunikasi dan berinteraksi secara aktif dengan pihak lain, menjalin kerjasama dengan pihak swasta. dan perbankan, mengajukan penambahan sumber anggaran, dan mencari solusi permasalahan yang dihadapi (Risma, 2021)

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya lejong berpengaruh signifikan terhadap pemberdayaan kelompok tani di Desa Golo Worok, dan sosialisasi dan diskusi menjadi pendekatan yang dikemas dalam budaya lejong—proses budaya lejong dengan mendatangi langsung petani sebagai sasarannya. Dampak dari kegiatan pemberdayaan dapat berdampak pada kelompok tani, khususnya terkait peningkatan pengetahuan dan kompetensi kelompok tani terhadap usahatani hortikultura. Rekomendasi tersebut tentu mengharapkan seluruh pemangku kepentingan berkolaborasi untuk mengoptimalkan budaya Lejong sebagai sarana atau strategi pemberdayaan petani.

REFERENSI


Asmin, F. (2018). Budaya dan Pembangunan Ekonomi: Sebuah Kajian terhadap Artikel Chavoshbashi dan Kawan-Kawan. Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies), 2(2), 190–212. https://doi.org/10.25139/jsk.v2i2.516

Aso, L., Alim, A., Putra, A., Diysi, L., Bahasa, J., Budaya, F. I., & Oleo, U. H. (2020). The Role of Calosara Culture in Regional Development Planning in Konawe District. Etnoreflika, 9(1), 39–49.

Budi Setyaningrum, N. D. (2018). Budaya Lokal Di Era Global. Ekspresi Seni, 20(2), 102. https://doi.org/10.26887/ekse.v20i2.392

Di, P., & Luwu, K. (n.d.). 1147-2159-1-Sm. 04, 169–176.

Dinar. (2015). Hubungan Pembinaan Penyuluh Pertanian Dengan Peningkatan Kemampuan Kelompok Tani. Jurnal Ilmu Pertanian Dan Peternakan, 3(2), 1–25.

Effendy, L., & Apriani, Y. (2018). Motivasi Anggota Kelompok Tani dalam Peningkatan Fungsi Kelompok. Jurnal Ekonomi Pembangunan STIE Muhammadiyah Palopo, 4(2), 10–24. https://doi.org/10.35906/jep01.v4i2.270

Fabiana Meijon Fadul. (2019). Faktor-Faktor Memperngaruhi Keberhasilan Program. 13, 1–10.

Fadhilah, M. L., Eddy, B. T., & Gayatri, S. (2018). Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Penerapan Sistem Agribisnis Terhadap Produksi Pada Petani Padi Di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 2(1), 39. https://doi.org/10.14710/agrisocionomics.v2i1.1327

Fitriani, E., & Selinaswati, S. (2019). Pemanfaatan Potensi Budaya Lokal Dalam Pembangunan Ekowisata. ABDI: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 1–7. https://doi.org/10.24036/abdi/vol1-iss1/1

Gusti, I. M., Gayatri, S., & Prasetyo, A. S. (2022). The Affecting of Farmer Ages, Level of Education and Farm Experience of the farming knowledge about Kartu Tani beneficial and method of use in Parakan Distric, Temanggung Regency. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 19(2), 209–221. https://doi.org/10.36762/jurnaljateng.v19i2.926

Harmin Jandu, I., Hudin, R., San, S., Dionesius Budiman, N., Santu, L., & Gangkur, F. (2023). Peran Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Tomat Di Desa Compang Dalo Role Of Agricultural Extender In Increasing Tomato Farming Income In Compang Dalo Village. Agrimansion, 24(3)

Jandu, I. H., & Gaut Utama, W. (2024). Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis The Impact of Direct and Indirect Extension Methods on Improving The Skills of A Group of Horticulture Farmers in Ruteng District.

Kamuntuan, & Tampongangoy. (2017). Pemberdayaan Kelompok Tani Di Desa Tolombukan Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Administrasi Publik UNSRAT, 3(046).

Kusmana, E., & Garis, R. R. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pertanian Oleh Penyuluh Pertanian Lapangan ( PPL ) Wilayah Binaan Desa Buniseuri Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis. Jurnal Moderat, 5(4), 460–473.

Kusumadinata, A. A., Sumardjo, S., Sadono, D., & Burhanuddin, B. (2021). Pengaruh Sumber Informasi dan Dukungan Kelembagaan terhadap Kemandirian Petani di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Penyuluhan, 17(1), 72–84. https://doi.org/10.25015/17202132213

Lumantow, M. E., Tampi, G. B., & Londa, V. Y. (2017). Pengaruh budaya Mapalus Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam.

Mutmainna, I., Hakim, L., & Saleh, D. (2016). Pemberdayaan Kelompok Tani Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Jurnal Administrasi Publik, 2, 269–283.

Naputho Gambua, Z. (2023). Pemberdayaan Masyarakat melalui Urban Farming Solusi Permasalahan pada Kelompok Tani Pemuda Tangguh Kota Surakarta. Eastasouth Journal of Positive Community Services, 1(03), 175–189. https://doi.org/10.58812/ejpcs.v1i03.104

Ningrum, M. S., Karwati, L., Novitasari, N., & Padi, P. (2022). Sumber 8_Mia Septia Ningrum dkk. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 6(1), 9–16.

Nippi, A. T., & Pananrangi, A. (2019). Strategi Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus di Desa Siawung Kecamatan Barru Kabupaten Barru). Meraja Journal, 2(1), 35–47.

Novianda Fawaz Khairunnisa, Saidah, Z., Hapsari, H., & Wulandari, E. (2021). Pengaruh Peran Penyuluh Pertanian terhadap Tingkat Produksi Usahatani Jagung. Jurnal Penyuluhan, 17(2), 113–125. https://doi.org/10.25015/17202133656

Prabowo, Y. B., & Sudrajat, S. (2021). Kearifan Lokal Kasepuhan Ciptagelar: Pertanian Sebagai Simbol Budaya & Keselarasan Alam. Jurnal Adat Dan Budaya Indonesia, 3(1), 6–16. https://doi.org/10.23887/jabi.v3i1.31102

Raintung, A., Sambiran, S., & Sumampow, I. (2021). Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di Desa Mobuya Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow. Journal Governance, 1(2), 1–9.

Ramadani, A. H., Rosalina, R., & Ningrum, R. S. (2019). Pemberdayaan Kelompok Tani Dusun Puherejo dalam Pengolahan Limbah Organik Kulit Nanas Sebagai Pupuk Cair Eo-Enzim. Prosiding Seminar Nasional HAYATI, 7(September), 222–227.

Risma, W. D. (2021). Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan Kesejahteraan di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. E-Journal Inskripsi, 1(1), 597–606.

Silvi, M. P., Wantah, E., & Manongko, A. (2023). Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan Pengembangan Modul Pemberdayaan Ekonomi Petani Tomat Desa Tolok Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. SEIKO : Journal of Management & Business, 6(1), 765–769.

Studi, P., Fakultas, A., & Jember, P. (2015). LINGKUNGAN SOSIAL. 8(3).

Sunarti, N. (2019). 2401-8149-1-Pb. 5.

Suprapti, I., & Moninthofa, A. H. (2018). Pendampingan Kelompok Tani di Kabupaten Pamekasan untuk Pengembangan Entrepeneur Agribisnis Jagung Madura. Jurnal Ilmiah Pangabdhi, 4(2). https://doi.org/10.21107/pangabdhi.v4i2.4931

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Alafabeta.Bandung. 2016

Syahruna, A. R., Yusoff, R. M., & Amin, M. (2014). Peranan Budaya Tudang Sipulung / Appalili dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bergesernya Nilai Budaya Pertanian di Sulawesi Selatan. Jurnal Pendidikan Sains Sosial Dan Kemanusiaan, 7(November), 241–256.

Wahyudie, T. (2020). Pengelolaan Komoditas Hortikultura Unggulan Berbasis Lingkungan.

Wardani, W., & Anwarudin, O. (2018). Peran Penyuluh Terhadap Penguatan Kelompok Tani Dan Regenerasi Petani Di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Journal TABARO Agriculture Science, 2(1), 191. https://doi.org/10.35914/tabaro.v2i1.113

Widiastuti, S. N., Suryana, Y., & Prabowo, A. (2018). Evaluasi Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan Petani dalam Pembuatan Kompos Jerami Padi di Kelompok Karya Bersama Pampangan Kab Ogan Komering Ilir. Jurnal Triton, 9(1), 51–58. https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/jt/article/view/66 diakses pada 20 Februari 2022

Wijayanto, H., Riyanto, D., Triyono, B., & Estu, H. P. W. (2019). Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Jatimalang, Kabupaten Pacitan melalui Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik. Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), 109–114. https://doi.org/10.29244/agrokreatif.5.2.109-114

Posting Komentar

0 Komentar