Header Ads Widget

Satu Permenungan Iman Katolik; “Tak Boleh Lupa Untuk Menoleh Ke Belakang, Bro!”

“Tak Boleh Lupa untuk Menoleh ke Belakang, Bro!” (Cf Yohanes 1:38)





Perjalanan Yesus itu agaknya ‘terusik.’ Ada sesuatu yang memaksaNya alihkan perhatian. Sejenak Ia tinggalkan tatapan ke depan. Yesus mesti menoleh ke belakang! Dan Ia menangkap dua sosok nyata yang mengikutiNya. Satu pertanyaan tegas diteruskan buat berdua itu, “Apakah yang kamu cari?” (Yoh 1:38).


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; BAGAIMANA PUN, Kita Selalu Punya Harapan Untuk Hidup Dan Saling Menuntun Kepada Kebaikan!


Tak menjawab tanya, keduanya malah balik bertanya padaNya, “Rabi, di manakah Engkau tinggal?” (Yoh 1:38). Dan Yesus pun mengundang keduanya, “Mari dan kamu akan melihatnya” (Yoh 1:39). Dan di kisah selanjutnya, Yohanes Penginjil mencatatnya padat, “..dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia” (Yoh 1:39).


Itulah sekilas namun padat makna kisah panggilan murid-murid pertama Yesus. Tercatat nama-nama seperti Andreas, dan saudaranya Simon, yang diberi nama Kefas (Petrus). Semuanya bermula saat Yohanes Pembaptis tunjukan Yesus, “si Anak Domba Allah” yang tengah lewat. Satu ‘aksi menunjukkan’ yang berisiko ‘kehilangan. Dua muridnya itu mesti meninggalkannya, dan mengikuti Yesus. Kedua murid itu ‘tidak lagi berada bersama Yohanes. Sebab mereka sudah mulai berada bersama Yesus.’



Dalam spirit Yohanes Pembabtis, terenung spirit hidup kristiani untuk ‘selalu menunjuk kepada Yesus.’ Memperkenalkan Yesus dan ajaranNya adalah panggilan dasar dari hidup menggereja. Kenangkanlah dan renungkanlah sekian banyak pribadi yang memperlihatkan ‘Yesus dan peristiwa hidupNya’ pada kita. Dalam cara hidup yang sederhana namun penuh makna, mereka telah tunjukan kesaksian iman di dalam Yesus, agar kita pun mengalaminya.

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Kasih Itu Segalanya


Tetapi, tindakan Yohanes Pemandi “menunjuk Yesus yang tengah lewat” itu dilengkapi aksi Yesus yang “menoleh ke belakang.” Yesus tahu bahwa ada yang mengikutiNya. Dan sejak itulah dua aksi ‘kemuridan dalam Yesus diawali’ bahwa “mereka tinggal bersama Yesus dan mengikutiNya.” Iya, kemuridan yang ditandai dengan “tinggal bersamaNya dan ikuti Dia.”


Yesus mesti ‘menoleh ke belakang’ sebab ada ‘sesama, orang lain’ yang mesti dilibatkan dalam karya perutusanNya. Yesus mesti ‘menoleh ke belakang’ sebab ketika itu ada dua orang yang membuntutiNya.’ Mereka itulah murid-murid pertama Yesus. Murid-murid adalah ‘orang-orang yang ada di pihak Yesus, di dalam irama perjalanan ‘menyapa dan menyelamatkan manusia.’



Mari merenung di jalan praktis dan di keseharian. Tengah berjalan demi meraih masa depan yang (lebih) ceriah? Tengah bergerak demi satu cita-cita kemanusiaan yang besar? Tentu kita tak mungkin berjalan sendiri. Kita tetap butuh ‘aura dan aksi kebersamaan.’ Kita tak mungkin terhindar dari gerak partisipasi (turut serta) sesama. Maka?


Tak pernah boleh lupa untuk sejenak “menoleh ke belakang.” Tak perlulah untuk hanya ‘melaju kencang dan mengalir deras’ dengan pikiran sendiri, dengan mau-mau atau kehendak sendiri. Kita memang mesti ‘menoleh ke belakang’ agar dapat bergandengan tangan dengan sesama demi cita-cita kedatangan Kerajaan Allah sebagaimana yang diajarkan Yesus.



Bagaimanapun ada sisi lain yang patut direnungkan. Katakan seumpama begini, “Jika memang nantinya atau mungkin juga sudah ‘jadi manusia di depan bahkan terdepan’ dalam kuasa, posisi, jabatan, atau dalam segala nasib baik dan meyakinkan, tetaplah teringat akan alarm ‘jangan lupa menoleh ke belakang.’


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; ADA Kecenderungan Diri Untuk Tampilkan Yang 'Bukan Kita.'


Ada sekian banyak sesama yang ‘masih di belakang dan terseret tertati-tati nasib hidupnya.’ Terdapat sekian banyak manusia yang terperangkap dalam tragedi dunia yang terluka. Tak perlulah untuk tetap keasyikan dalam pamor diri penuh pencitraan. Tak usahlah memburu sejadinya karier yang mesti menanjak ibarat ‘naik-naik ke puncak gunung dan mesti meninggi.’



Maka biarlah kita punya waktu dan kesempatan untuk ‘berhenti dan menoleh ke belakang.’Panggilan kemuridan di dalam Yesus sungguh menjadi indah di dalam pengorbanan demi sesama. Anda sungguh ‘terberkati di dalam Tuhan sebab Anda tahu apa artinya menoleh ke belakang dan menyatakan Kasih itu kepada sesama.


Akhirnya, di dalam diri dan jalan hidup yang ditandai dengan ‘banyak tidak hebatnya,’ yang nyata dalam serba kekurangan dan kegagalan, kita tetaplah menjadi manusia yang diberkati Tuhan dalam KasihNya yang agung. Sebab, demi kita yang sering ‘belakangan dan memang di posisi akhir dan nyaris tiada harapan,’ Tuhan sungguh ‘berhenti dan tetap menoleh ke kebelakang.’



Bagaimana pun, suara tanya kedua murid itu amatlah bermakna. Nampaknya kita pun mesti bertanya, “Guru, di manakah Engkau tinggal?” Sebab, di tempat di mana Yesus tinggal, di situpun kita ‘tinggal.’ Namun apa artinya ‘sebuah tempat tinggal’ jika Yesus bersabda, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya” (Mat 8:20).


Tempat di mana Yesus tinggal adalah ‘situasi sebuah perjumpaan dengan yang kusta, buta, timpang, tuli, yang lapar dan haus, yang kerasukan roh jahat, yang lumpuh, kaum pendosa dan yang dianggap sampah masyarakat.’ Seperti Ia pernah “menoleh ke belakang” agar murid-muridNya menyertaiNya, kini Ia pun tengah ‘menoleh ke belakang dan menanti kita’ untuk bersamaNya ke alam situasi penuh suram itu.



Tuhan telah “menoleh ke belakang,” maka kita pun tak pernah boleh lupa untuk juga “menoleh ke belakang....” Iya, ‘menoleh ke belakang bersama Yesus sendiri.’ Sebab, jika sebaliknya, Tuhan pun pernah ingatkan bahwa ‘barangsiapa siap untuk membajak namun menoleh ke belakang’ demi hasrat dan kepentingan sendiri, tentu ‘tak layak bagi Kerajaan Allah’ (cf Luk 9:62).

Verbo Dei Amorem Spiranti


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat


Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;
https://www.indonesiana.id/profil/27530/Richard-Roden 

Pater Kons Beo, SVD

Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
  1. Pendiri SVD        :  1875
  2. Pendiri SSpS       :  1889
  3. Pendiri SSpS-Ap :  1896
  1. "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya." 
  2. "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
  3. Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak  boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
  4. "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
  5. "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."

St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN


Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Minggu (10/3/2024) menyelenggarakan pertemuan pastoral untuk membentuk kepanitian Prosesi Sakramen Maha Kudus (Juni 2024) dan Perayaan Pesta Intan (75 tahun) Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong pada bulan juni tahun 2025, bertempat di Pendopo Pastoran.

Pertemuan dihadiri oleh Pator Paroki, Dewan Inti Pastoral, utusan komunitas Biara Suster (KFSA/PSM/AHKYB/PSM), Ketua Wilayah (Woang/Redong/Perumnas), Utusan dari Kelompok Katergorial (Vanclar/KTM/Legio Maria/OMK). Jumlah mereka sebanyak 35 orang.






Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar  

Pohon Mangga ini tumbuh baik hingga saat ini di kebun salah satu keluarga di Paroki Lengkong Cepang. Benihnya disediakan oleh Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss, tahun 2014. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023. 




Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).

Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)


Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI:



Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong




Posting Komentar

0 Komentar