(Pekan I Adventus, St Sabas)
Bacaan I Yesaya 11:1-10
Mazmur Tanggapan Mzm 72:2.7-8.12-13.17
(Ref: Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya, dan damai sejahtera berlimpah sampai selama-lamanya)
"Pada waktu itu serigala tinggal bersama anak domba..." Yesaya 11:6 (Habitabit lupus cum agno) |
DAMAI DAN KETEDUHAN HATI MESTI JADI MILIK KITA
Baca juga yang ini; Pater Lukas Larun SVD; Minggu Pertama Adven Ini, Kembali Mengingatkan Kita Supaya Selalu Berjaga-jaga
PENUH ketegangan. Itulah alam relasi miris yang sering terjadi. Takut, tak nyaman, tak betah, rasa terancam, ataupun rasa tertekan sering mendera. Akibatnya hilanglah rasa damai dan 'apa adanya yang penuh spontan.'
INI semua, sederhananya, karena sesama tidak dilihat sebagai sesama. Atau bahwa seseorang tak tempatkan dirinya sebagai sesama bagi orang lain. Maka, di situlah relasi subyek - obyek terjadi; pemangsa dan korban dianggap biasa.
YANG lebih kuat dan lebih beringas dianggap 'segalanya terhadap yang dinilai 'lembut, lemah dan mungil tak berdaya.' Dan itulah 'hukum alam yang dianggap wajar.' Iya, seperti itu sudah!
TETAPI semuanya mesti dikembalikan pada 'yang seharusnya.' Dan seturut warta Nabi Yesaya semuanya akan terjadi pada akhir zaman. Roh Tuhan akan ada di dalam diri Orang Benar yang akan muncul dari "tunggul Isai" (Yes 11:1). Alam kebersamaan mesti dikembalikan pada suasana damai, ketenangan dan keadilan! Ketika relasi pemangsa dan korban diusir pergi, dan kekariban penuh kenyamanan ditata dan dibangun kembali.
SUNGGUH indahnya ketika:
Semuanya ada dalam damai, keteduhan, dan keakraban (cf Yes 11:6-8).
DI SITU ada rasa saling percaya yang membunuh hanya rasa curiga dan 'main di belakang-belakang' yang akhirnya menjadikan yang lain harus jadi mangsa dan korban.
"Serigala tinggal bersama domba adalah lukisan betapa damai itu sungguh nyata. Tanpa prasangka yang 'bukan-bukan dan aneh-aneh.' Ketika singa dan lembu sama-sama makan jerami, maka lembu tak perlu cemas akan singa sebagai pemangsa; dan singa pun tak perlu tampil sebagai predator ganas untuk mengoyak-ngoyak lembu dan melahapnya tak tersisa.
SUNGGUHKAH alam seperti itu telah kita alami? Penuh rindu kita nantikan Tuhan untuk meneguhkan hati kita yang seringkali lemah tak berdaya. Bagaimanapun, ukurlah diri sendiri dengan cara ringan:
"KETIKA sesamamu sanggup tersenyum dan bicara apa adanya di hadapan atau di sekitarmu, itu tanda sederhana bahwa ia miliki kemerdekaan batin. Dan diri dan kehadiran Anda itulah yang jadi tower serentak signal dari kemerdekaannya.''
Bukankah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Maranatha
Tuhan memberkati
Amin
YANG lebih kuat dan lebih beringas dianggap 'segalanya terhadap yang dinilai 'lembut, lemah dan mungil tak berdaya.' Dan itulah 'hukum alam yang dianggap wajar.' Iya, seperti itu sudah!
TETAPI semuanya mesti dikembalikan pada 'yang seharusnya.' Dan seturut warta Nabi Yesaya semuanya akan terjadi pada akhir zaman. Roh Tuhan akan ada di dalam diri Orang Benar yang akan muncul dari "tunggul Isai" (Yes 11:1). Alam kebersamaan mesti dikembalikan pada suasana damai, ketenangan dan keadilan! Ketika relasi pemangsa dan korban diusir pergi, dan kekariban penuh kenyamanan ditata dan dibangun kembali.
SUNGGUH indahnya ketika:
- serigala dan domba
- macan tutul dan kambing
- anak lembu dan anak singa bersama seorang anak kecil
- lembu, singa dan beruang yang sanggup makan jerami bersama.
- bayi dan anak cerai susu dan alam ular tedung dan ular beludak...
Semuanya ada dalam damai, keteduhan, dan keakraban (cf Yes 11:6-8).
DI SITU ada rasa saling percaya yang membunuh hanya rasa curiga dan 'main di belakang-belakang' yang akhirnya menjadikan yang lain harus jadi mangsa dan korban.
"Serigala tinggal bersama domba adalah lukisan betapa damai itu sungguh nyata. Tanpa prasangka yang 'bukan-bukan dan aneh-aneh.' Ketika singa dan lembu sama-sama makan jerami, maka lembu tak perlu cemas akan singa sebagai pemangsa; dan singa pun tak perlu tampil sebagai predator ganas untuk mengoyak-ngoyak lembu dan melahapnya tak tersisa.
SUNGGUHKAH alam seperti itu telah kita alami? Penuh rindu kita nantikan Tuhan untuk meneguhkan hati kita yang seringkali lemah tak berdaya. Bagaimanapun, ukurlah diri sendiri dengan cara ringan:
"KETIKA sesamamu sanggup tersenyum dan bicara apa adanya di hadapan atau di sekitarmu, itu tanda sederhana bahwa ia miliki kemerdekaan batin. Dan diri dan kehadiran Anda itulah yang jadi tower serentak signal dari kemerdekaannya.''
Bukankah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Maranatha
Tuhan memberkati
Amin
Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANG Itulah Kenyataan Hidup Yang Mesti Dihadapi
Mari kita renungkan kata-kata St Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
-Pendiri SVD : 1875
-Pendiri SSpS : 1889
-Pendiri SSpS-Ap: 1896
- "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya."
- "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
- Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
- "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
- "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."
St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN
Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANG Itulah Kenyataan Hidup Yang Mesti Dihadapi
Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat
Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;
Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar) |
Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong |
0 Komentar