Header Ads Widget

Renungan di Hari Raya Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda; Rindu Pulang Kembali Ke Rahim Ibu..

“Rindu Pulang Kembali ke Rahim Ibu....”

satu perenungan pada Hari Raya Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda

“Saat-saat paling indah dalam hidupku ketika aku merasa bersama Maria, aku pun diteguhkannya berdiri di kaki salib demi mengalami dekapan KASIH YANG PALING AGUNG dari SANG PUTRA...”
(Sang Bijak)

P. Kons Beo, SVD



Bukan karena jalan hidup ini semakin berat, berkelok serta menanjak. Bukan! Tak juga karena banyaknya ‘peta-peta buta’ yang terhampar di depan mata ini. Dan bahwa semuanya itu tak tunjukan secara kasat arah hidup dan ke manakah kaki ini harus melangkah? Dan itu sungguh menambah kegalauan dalam hidup? Tidak! Tetapi, setiap kita mari kembali pada citra ‘rahim ibunda, seorang mama terkasih’ yang heroik dan pantang menyerah. Demi nasib dan kisah-kisah awal hidup setiap kita.

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Mesti Diuji Oleh Hujan Dan Banjir Serta Angin Yang Melanda

Setidaknya tersadar, walau dalam pembayangan, bahwa ada tempat paling nyaman dan pasti. Itulah rahim seorang ibu. Di situlah ‘segala-galanya’ bagi seorang anak manusia. Damai, teduh, ceriah serta terlindungi dari apapun terior ‘kisah-kisah luar’ yang mencemarkan dan hendak menghancurkan. Tidak kah kehidupan itu berawal dari ‘rahim yang pasrah, penuh kerelaan serta keberanian demi satu peristiwa agung kelahiran baru?’

Awal dari hidup setiap kita adalah KASIH dan KE-RAHIM-AN. Tetapi, setiap kita anak manusia, pada saatnya, cepat atau lambat, mesti berjalan dengan langkah kaki kita sendiri, mesti melihat dunia dengan mata sendiri, mesti memeluk bumi dan segala isinya dengan tangan kita sendiri. Dan itulah kenyataan hidup yang mesti diarungi dan mesti kita alami.

Tetapi, nyatanya, hidup itu punya irama dan miliki detak jantungnya sendiri. Siapapun kita tak bisa memaksa hidup mesti seperti apa yang dipikirkan. Kita hanya sebatas mendesain cita-cita, visi, misi, komitmen, dalam satu arah jangka pendek, menengah atau pun panjang. Namun, tidak kah acapkali semuanya bisa berantakan dalam tragedi kehidupan dan dalam musibah kemanusiaan serta teror alam yang tak terkirakan? Dan lagi?

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; KITA Menantikan Kehadiran Tuhan.

Kita bisa saja jauh dari ‘ideal diri apa yang kita bayangkan.’ Kita terkadang mesti ratapi ‘kenyataan yang sedikit pun tak pernah terlintas di benak dan hati kita.’ Kita tergeletak tak berdaya di dalam konflik-konflik kehidupan yang sungguh membingungkan dan seakan tak bertepi. Belenggu hidup ini sepertinya terlalu erat mengikat. Akan kah semuanya ini bakal berakhir di dermaga atau pantai teduh yang kita impikan?

Di hari Gereja Universal rayakan “Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda” sedikitpun saya tak tergoda untuk cari-cari pembenaran dan pendasarannya di Alkitab. Saya juga telah lupa segala dasar dictum ‘akal sehat-spiritual-dogmatis-pastoral’ bagi Sri Paus Pius IX melalui bula “Ineffabillis Deus” itu.

Yang tetap teringat dan terucap dalam jalan hidup ‘up and down, jatuh dan bangun, bersinar dan keremangannya,’ itulah kata-kata seruan pengharapan pada Sang Bunda, “Engkau yang dikandung tidak dengan noda, ya Maria, sucikanlah badanku dan kuduskanlah jiwaku....”

Setiap kita tercemar ‘jiwa dan badan’ di dalam lakon-lakon kehidupan ini. Tetapi, bersyukurlah, ada Bunda penuh rahmat yang menaruh di dalam diri kita pengharapan dan rasa kasih sayang. Sang Bunda nampaknya ingin membawa setiap kita ‘kembali pulang ke tempat paling damai yang pernah kita alami. Itulah perenungan akan marwah rahim mama kita sendiri. Pun Sang Bunda yang dikandung tanpa noda, Maria, ingin membawa setiap kita ke kaki salib. Demi bertahan dan menerima ‘Kasih dan kerahiman tak bersyarat dari Yesus, Puteranya.’

Akhirnya, di titik paling sederhana namun sering tak mudah: Sepantasnya kita tetap berdoa dan berharap kiranya kita berjuang agar ‘alam ke-rahim-an tanpa noda kekerasan, ketidakdilan, teror dan tekanan, serta aneka tragedi kemanusiaan’ tetaplah menjadi arus keprihatinan kita yang tak pernah surut.


“Di bumi yang berputar, pasti ada gejolak” kita terpanggil untuk “ikuti saja iramanya” namun tak terseret badai prahara. Tetap saja kita “isi dengan rasa” yang dimeterai dalam kisah-kisah dan tindakan Kasih yang berkerahiman. Semoga ini semua ‘bukan hanya ada di dalam angan… dan semoga kerinduan ini bukan jadi mimpi di atas mimpi.....’

Kiranya demikian....

“Ave Maria gratia plena..

Dominus tecum, benedicta tu in mulieribus,

et benedictus Fructus ventris tui, Iesus….

Sancta Maria Mater Dei

Ora pro nobis pecccatoribus

Nunc et in hora mortis nostrae.”

Amen...


Verbo Dei Amorem Spiranti
Collegio San Pietro - Roma

Mari kita renungkan kata-kata St Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
-Pendiri SVD        : 1875
-Pendiri SSpS       :  1889
-Pendiri SSpS-Ap :  1896

  1. "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya." 
  2. "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
  3. Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak  boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
  4. "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
  5. "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."

St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat


Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;
https://www.indonesiana.id/profil/27530/Richard-Roden 


Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar.  

   Mangga bantuan dari Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss, ternyata tumbuh baik dan sudah menghasilkan uang untuk penerima bantuan bibit mangga tersebut tahun 2014 di Lengkong Cepang, Lembor Selatan.Didokumentasikan oleh Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023) 




Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).

Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)


Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI:




Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong

Posting Komentar

0 Komentar