Header Ads Widget

Satu Permenungan Iman Katolik; Masih Ada Harapan di Tengah Dunia yang Terluka

Masih Ada Harapan di Tengah Dunia yang Terluka

(sekadar satu perenungan pada Hari Minggu Misi Sedunia ke 97)

Minggu, 22 Oktober 2023


Masih Ada Harapan di Tengah Dunia yang Terluka



P.Kons Beo, SVD



Jelas dan tegas Paus Fransiskus mengundang Gereja untuk renungkan tema pada hari Minggu Misi Sedunia 2023, “Hati berkobar-kobar, kaki hidrolik pergi mewartakan Injil…” Kisah perjalanan dua murid menuju Emaus itu (Lukas 24:13-34) jadi inspirasi dasar Paus petakan pesannya.



Ada kisah patah hati dua murid dari Yerusalem, setelah menyaksikan sendiri apa yang telah dialami Yesus, sang Guru. Apa yang mereka banggakan dan perlahan-lahan bertahan sebagai jaminan di dalam Yesus, semuanya berakhir tragis di Golgota.


Di sela percakapan di perjalanan bersama 'sahabat asing itu' suara Kleopas seperti berkeluh, “Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkanNya” (Lukas 24:20).



Bagaimanapun perjalanan yang terasa dari Yerusalem itu mulai menemukan titik baliknya. Kata Kleopas, “Padahal kami sebelumnya mengharapkan bahwa Dialah yang datang untuk memerdekakan bangsa Israel” (Lukas 24:21).



Apa yang dipandang sebagai 'alam putus asa dan penuh kecewa' kedua murid itu, justru menangkap Yesus di jalan terbuka menuju pencerahan. Dan Yesus harus 'mengambil kendali suasana untuk kembali ke alam ceria penuh harapan.



Ilham Kitab Suci sejatinya jadi pedoman jalan pemahaman akan Kisah mesianis Yesus. “Bukankah Mesias harus mempengaruhi semuanya untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?” (Lukas 24:26). Narasi Sang Firman tentang nasib Sang Firman itu sendiri sudah menjadi awal kekuatan bagi kedua murid itu.


Tidakkah kita memerlukan kehadiran Firman yang mencahayai hati dan budi kita untuk membongkar gumpalan yang sesak hati dan sumpeki pikiran? Bukankah kita merindukan Firman yang membimbing kita untuk tanggapi dalam situasi iman yang pelik, sulit dan terluka yang dialami dunia?



Tetapi, pada titiknya, kedua murid itu harus terperangah dalam konsolasi ekaristik, saat “Tuhan memecah-mecahkan Roti dan membagi-bagi kepada mereka berdua.” Tidakkah mata mereka telah terbuka dan hati mereka berkobar-kobar saat Tuhan menjelaskan makna Kitab Suci?


Yang berawal sedih dan didera rasa putus asa kini telah menjadi “murid yang berkobar-kobar di hati, menggerakkan kaki untuk pergi mewartakan Injil.” Mewartakan Injil artinya lanjutkan berita pengharapaan dan kabar gembira kepada dan di dalam segala ketidakmenentuan situasi dunia dan bangsa manusia.



Kita tak mungkin wartakan Injil, Kabar Suka cita dan cerita penuh harapan jika tak ‘bersahabat dengan Tuhan yang bangkit dan menyatakan DiriNya.” Kita butuhkan Tuhan yang ‘menemani jalan-jalan hidup kita.’ Kita butuhkan kata-kata Tuhan yang mengubah segala pikiran, rasa hati, dan suasana hati, yang disebut Paus Frasiskus sebagai pertobatan pribadi. Kehadiran Tuhan dan iluminasi Firman menjadikan kita tidak kehilangan harapan (cf Evangeli Gaudium 86).



Saat Tuhan 'memecah-mecahkan Roti' itulah panggilan demi hati yang berbagi kepada sesama dan dunia yang terluka dan derita. Tubuh Tuhan dimiliki dan wafat di salib adalah tanda KasihNya teramat agung. Gereja dihimpun di sekitar Altar Kudus untuk menimbah Kasih yang dibagikanNya.



Dunia masih berhimpun di seputar Golgota Altar Salib Tuhan. Itulah jerit hati pilu menyayat saudara-saudari kita yang lapar, haus, sakit, telanjang, yang ditahan, serta segala ketakmenentuan hidup yang dialami. Di dalam iman akan Yesus, kita semua, Gereja terpanggil untuk bersuara dan bertindak, “Masih ada harapan di tengah dunia yang terluka...” “


Kasih Kristus sangat mendesak kita” untuk pergi dengan kegembiraan dan penuh harapan. Kabar gembira mesti didengarkan dan mesti diwartakan 'baik atau tidak baik pada waktunya' (..audiens et procamans, opportune importune).



Sebab itulah, marilah kita menjadi persekutuan umat beriman yang sungguh bersahabat dengan Sang Firman, yang selalu diteguhkan dalam Ekaristi, untuk kemudian diutusNya penuh semangat berkobar-kobar mewartakan Kasih, harapan dan kegembiraan. Dan kita mewartakannya di dalam keluarga, lingkungan dan di dalam persekutuan hidup kita.



Semoga

Verbo Dei Amorem Spiranti






Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;https://www.indonesiana.id/profil/27530/Richard-Roden 

Pater Kons Beo, SVD

Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar  

   
   Mangga bantuan dari Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen Swiss ternyata tumbuh baik dan sudah menghasilkan uang untuk penerima bantuan bibit mangga tahun 2014 di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023)




Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).



Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyayang Disabilitas telah menjadi Anggota.   KSP CU Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan.   Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)



Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI: https://rentalmobilgatraruteng-labuanbajo.com/

Posting Komentar

0 Komentar