Header Ads Widget

Pojok KITAB SUCI ; Biarlah Kita Seperti Apa Adanya..

Biarlah Kita Seperti Apa Adanya….

-sekadar satu permenungan-

“Bila kau mencapai jantung kehidupan, kau akan mendapati dirimu tidak lebih tinggi dari penjahat, dan tidak lebih rendah daripada nabi”

(Khalil Gibran)



Baca juga yang ini; Satu permenungan IMAN KATOLIK; Pentekosten dan Kisah Berbahasa Kita 

Jurang Kehidupan


Ganjalan itu bisa halangi siapa saja. Di waktu dan kisah yang terlewati, telah ada jurang kegagalan dan ketidakhebatan punya kita. Kita jadinya serius dengan segala retak diri dan situasi itu. Bahkan bisa merasa terbantai oleh keseriusan teramat sangat. Kita bisa saja nampak tak sanggup kendalikan diri lagi di dalam badai dan gelombang serta pusaran kehidupan. Lalu?

Apakah yang dapat diandalkan? Mestikah kita mengacuhkan semuanya bersama berjalannya waktu? Atau kita segera meretas satu dua jalan pintas untuk atasi rasa suram di diri. Mungkinkah kita mesti kembali menata jatidiri baru penuh asa? Tanpa kepedulian pada silam yang suram. Pun pada segala yang membingungkan?

Sayangnya, kita bisa saja masuk dalam narasi mengawang dalam kerangka hidup penuh ilusi. Kita hidup dalam gambaran diri yang dibayangkan belaka. Jauh dari kenyataan yang telah dilewati dan dialami. Tidak kah di sini beban keputusasaan kian menjepit? Lalu harus bagaimanakah?

Kita bukanlah segalanya

Maka, merindukan ‘kesempurnaan’ mesti dikuburkan. Kata sibijak, “Perfeksionisme bukanlah jawaban untuk keputusasaan.” Di titik lain, terpaan kata dan sikap luar yang membendur diri sepantasnya diterima lapang dada. Itulah tanda bahwa kita bukanlah siapa-siapa, apalagi segalanya. Ada yang suram dari kita, yang telah seramkan kehidupan bersama.

Baca juga yang ini sangat menarik: Renungan Harian Katolik: KEHADIRAN YANG MEMBAWA KETEGUHAN HATI DAN HARAPAN IMAN

Siapapun manusia tak pernah diwajibkan untuk sanggup menyukakan semua. Kita bisa saja tak jadi terang bersinar senantiasa. Iya, kecuali kita berjuang sendiri dengan berakrobat untuk sebuah pencitraan diri yang semu. Apa yang di hari itu digemakan sebagai ‘putra terbaik atau putri terindah’ bisa saja, di kemudian hari, di saat kini, melangkah tertati-tati dalam kisah hidup penuh redupnya. Dan tak berhenti di situ...

Terkadang ‘yang tak hebat dan tak indah punya kita dipakai sesama dengan begitu bebas untuk menghebatkan diri dan kelompok sendiri. Sebab kata si bijak lagi, “Orang pasti tertarik untuk kibarkan bendera superirotas sendiri dengan memakai tiang ketidakhebatan orang lain.” Dan itu yang akan terus ‘dimainkan, disuarakan, dan diwartakan.’ Itu tak ubah bagagai suara di Farisi dalam kenisah, “Aku tidak sama dengan semua orang lain... tidak juga seperti pemungut cukai ini” (cf Lukas 18:9-14).

Adu untung dalam kegagalan

Adakah sekelompok yang katanya disebut koalisi? Koalisi adalah animo lewati jembatan penyebarangan untuk mencari dan berpadu dalam ‘kepentingan yang satu dan sama.’ Dan bersatu dalam hadapi musuh bersama pula.’ Dan kegagalan atau kesalahan pun kedosaan ‘group sebelah’ adalah ‘makanan empuk untuk kompetitornya.’

Tetapi, sudahlah! Sebagusnya setiap kita ‘pulang pada diri sendiri.’ Untuk tidak lagi enteng mulut dan garang di lidah, bahkan penuh benci terhadap yang lain. Toh, siapapun kita manusia, katanya, tidaklah lebih atau kurang dari sesama. Tapi kita, manusia ini, hanyalah berbeda dari satu dengan yang lain dalam kisah dan peristiwa yang disusuri. Iya, “Beda nasib saja...”

Dalam dunia, di keseharian dan dalam kebersamaan apapun, sejatinya, “Setiap kita dapat satu peranan, yang harus kita mainkan. Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura.” Ada sekian banyak sesama yang lewati peran dan jalan-jalan hidup penuh liku. Penuh duka dan linangan air mata. Kita pasti tak bisa begitu saja royal ‘menghakimi’ atas dasar ‘kemegahan diri sendiri serentak rasa diri ‘penuh dengan segala lebihnya.’

“Siapakah kita sehingga gencar sekali menghakimi, mencela, dan mengkasari sesama?” (cf Roma 14:10 ). Yang nyata dari suara Yesus bahwa, “Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan padamu” (cf Matius 7:2). Namun, ini sama sekali tak berarti bahwa tak boleh ada correctio fraterna. Bahwa tak boleh ada suara alarm atau cahaya mercusuar yang mengingatkan. Bahkan ada sesama yang dalam ‘diam dan sejuk hatinya’ sebenarnya telah berbicara kuat dan lantang.

Dipanggil ‘pulang’

Alarm itu perlu dan sungguh dibutuhkan! Kita bukanlah siapa-siapa yang wajib tanpa kurang dan tiada erornya. Setiap kita mesti bersyukur bahwa ada suara dan cahaya sesama yang menerawang dan mengingatkan! Masih ada sekian banyak orang yang berhati mulia untuk ‘mendapatkan kita kembali sebagai saudara’ (cf Matius 18:15).

Tetapi, di sisi lain, rahmat Allah tetap kita rindukan. Rahmat itu bekerja pasti dalam situasi dan keadaan tertentu. Khasiat rahmat Allah tampak saat yang lama, yang usang dan suram segera mesti berlalu dan diperbaharui. Untuk meretas jalan pulang ke alam baru itu siapa pun mesti pulang kepada diri sendiri.

Mengkaribi diri sendiri apa adanya adalah satu titik tolak indah menuju alam baru. Si bijak ingatkan, “Kita harus belajar untuk datang dengan segala kekecewaan, kegagalan dan kesalahan...” Tidakkah Tuhan tetap setia menanti untuk ‘memeluk kita?’ Kita selalu bisa dan punya kesempatan untuk pulang walau kita telah berkelana.

Dari perumpamaan Yesus dikisahkan Sang ayah setia menanti dalam rindu si bungsu yang hilang dan mengembara di tanah asing (Lukas 15:11-32). Yakub, yang sadari akan kesalahannya terhadap Esau, saudaranya, akhirnya sanggup bersua dan berbaikan kembali dalam suatu ‘perjalanan pulang apa adanya.’ Tangisan Saul dan dekapannya penuh kasih terhadap Yakub, adiknya, (Kejadian 33:4) terlampau kuat untuk cairkan satu peristiwa silam yang ‘pernah membuatnya marah sejadinya’ (Kejadian 27:41).

Kita renungkan kata-kata penuh makna: ‘Kita tetap diingat dan didoakan walau kita banyak berbuat salah. Kita bisa pulang walau sudah mengembara. Kita bisa mulai dari awal lagi walaupun semuanya sudah berantakan. Kita tak perlu diam di tempat di mana kita berada sekarang.’

Kepenuhan dalam Tuhan: Kasih

Rahasia iman dan hidup rohani bukanlah pada pencapaian kepuasan rohani (konsolasi spiritual) sambil menjadi buta atas segala titik batas ‘kita apa adanya.’ Setiap kita tercipta atau ‘hidup-bergerak dan ada’ untuk berziarah menuju kepenuhan dalam Tuhan.

Kita, sepanjang hidup ini, tidak pernah tahu sepenuhnya siapa kita ini. Sebab itulah, kita pun tak pernah tahu setepat dan sepastinya mengenai sesama kita dengan mengandalkan pancaindra yang terbatas. Kita memang sepantasnya melihat segala sesuatu serta memandang sesama dengan mata iman dan dalam pandangan kasih Allah. Iya, dalam bola mata Allah sendiri. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (1Samuel 16:7).

Kebenaran iman Kristen tampak dalam keteguhan hati untuk memandang orang lain dalam Kasih. Sebaliknya, “Kita tidak dapat melihat orang lain dengan benar jika kita tidak memandang mereka dengan belaskasih.”

Akhirnya...

Tetapi, di atas segalanya, dalam rahmat Tuhan yang sungguh mengasihi diri kita, mari kita pulang kepada diri sendiri. Iya, pulang kepada diri sendiri apa adanya. Hanya dengan itu kita jadi sejuk, tak hanya terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap siapapun sesama.

Sering tuntutan kita terhadap orang lain terlampau berat. Dan kita tetap saja mencela dan merendahkannya, hanya karena ia tak penuhi syarat dan harapan kita untuk ‘terbang.’ Bagimu, dialah tetaplah ‘seorang penjahat, dan engkau sendiri bagai seorang nabi.’ Mungkin di sini, si Kahlil Gibran tersenyum geli.

Verbo Dei Amorem Spiranti
Collegio San Pietro - Roma

Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
  1. Pendiri SVD        :  1875
  2. Pendiri SSpS       :  1889
  3. Pendiri SSpS-Ap :  1896
  1. "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya." 
  2. "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
  3. Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak  boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
  4. "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
  5. "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."

St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN

Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Minggu (10/3/2024) menyelenggarakan pertemuan pastoral untuk membentuk kepanitian Prosesi Sakramen Maha Kudus (Juni 2024) dan Perayaan Pesta Intan (75 tahun) Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong pada bulan juni tahun 2025, bertempat di Pendopo Pastoran. Pertemuan dihadiri oleh Pator Paroki, Dewan Inti Pastoral, utusan komunitas Biara Suster (KFSA/PSM/AHKYB/PSM), Ketua Wilayah (Woang/Redong/Perumnas), Utusan dari Kelompok Katergorial (Vanclar/KTM/Legio Maria/OMK). Jumlah mereka sebanyak 35 orang.



Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar  

   Pohon Mangga ini tumbuh baik hingga saat ini di kebun salah satu keluarga di Paroki Lengkong Cepang. Benihnya disediakan oleh Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss, tahun 2014. 
Didokumentasikan oleh
Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023) 





Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).

Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)


Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI:



Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong

Posting Komentar

0 Komentar