.........Ah Morotai, tunggu aku kembali Menjejak biru lautmu dan putih pasirmu........... |
Debur degup Morotai
Pasir bertahta di jantung pantai
Mengalun ombak mendebar angin laut
Di pelupuk senja gadis duduk tersungut
Ah angin, ke manakah engkau melangkah
Ah ombak, di manakah deburmu bermuara
Angin melambaikan kelapa, hingga menggoyang sang pelepah
Haru biru sang Nona, hingga tiada ia mampu berkata
Kala gadis menatap harap akan masa depan tanah tercinta
Dahulu Morotai begitu historik di masa Perang Dunia kedua
Jejak Sekutu dan sang Jenderal masih terlihat nyata
Army Dock, Pulau Zumzum, Museum Perang tetap ada di sana
Sejarah jelas mencatat semua
Tak ada yang mampu membantah kata
Teruo Nakamura, kelahiran Taiwan
Namun berikrar sebagai prajurit Jepang
Saat Cina masih tunduk di cengkeraman Negeri Matahari
Sang prajurit puluhan tahun bersembunyi saat Jepang kalah perang
Hutan dan gua tempat berlari
Tak sadar bahwa perang telah berakhir
Kukuh ia bertahan di hutan
Nakamura...
Selalu terngiang ia pesan sang komandan:
“Tetaplah bertahan, karena cepat atau lambat angkatan darat Jepang akan datang, sekalipun seratus tahun mendatang,” ikrar Kawashima
Maka, puluhan tahun ia setia menunggu Jepang datang membunyikan genderang kemenangan dari Sekutu
Tapi semua tinggal mimpi terpaku
Ah, mata Nona tak kunjung diam menatap cantik sang pantai terdekat
Sembari mengamat lekat catatan sejarah kebesaran Morotai di tempo lalu
Lantas lazuardi berkenan mengantar surya ke peraduan
Mendesah Nona tersadar akan waktu
Walau hati berat meninggalkan pantai yang kelabu
Siapa sanggup menahan decak saat kaki menjejak Morotai
Dodola... Apik nian pantaimu
Zumzum, jejak Mac Arthur di bumimu
Nakamura, ia setia puluhan tahun di hutan hingga lupa perang telah selesai
Namun...
Mengapa Sang Nusa Timur serasa jauh dari jangkauan?
Mengapa gegap pembangunan negeri serasa tanggung meraih dirimu yang cantik?
Akankah nama Morotai akan kembali bergema?
Cantik pantai nuansa pesona
Tidakkah mampu membuka mata melongok pulau terluar tercinta?
Ikan dan hasil laut selalu berlimpah
Hutan terpelihara masih menyajikan anugerah
Tidakkah mampu menggerakkan nurani negeri untuk memelukmu?
Nona .. ah Nona
Jeritmu akan nasib dan masa depan Morotai kini patut kucatat
Ia yang indah serasa jauh di sana
Ia yang perkasa serasa mati suri belum tertata
Ah Morotai, tunggu aku kembali
Menjejak biru lautmu dan putih pasirmu
12 Maret 2023
0 Komentar