Header Ads Widget

Satu Permenungan IMAN KATOLIK; Menimbang Keletihan Rohani

Menimbang Keletihan Rohani

(kisah batin kita yang wajar)



“Kadang kita harus melepaskan diri bukan dari dunia yang sibuk, tapi dari disiplin rohani kita yang menyibukkan, agar bisa mendapatkan energi untuk meneruskan perjalanan kita”

(Charles Ringma, Dare to Journey with Henri Nouwen)



P. Kons Beo, SVD




Pada saatnya kerohanian itu ternyata jadi pusaran yang meletihkan. Kenyataan seperti ini tentu menyentak.
Sebab, katanya, mengalirnya satu dua refleksi pribadi, sudah diyakini sebagai tanda adanya kedalaman spiritual. Di situ, tak terbersit sedikit pun pikiran bahwa sebenarnya terdapat pula alam mengap-ngap rohani yang merantai.

Baca juga yang ini; Sekedar Mempertimbang Mulai Sekolah Jam 5 Pagi

Dan lagi, semakin banyak mempraktekkan apa yang disebut kegiatan rohani, sudah sering teryakini sebagai adanya daya atau kemampuan olah hal rohaniah yang semakin bertumbuh dan berkembang. Tetapi benar kah selalu demikian?

Kedisiplinan rohani sering diidolakan sebagai ‘primadona’ menuju alam kerohanian itu sendiri. Itulah tesis yang pada umumnya diterima serta diakui. Tetapi, lagi-lagi, benar kah demikian? Terasa sulit tentunya untuk menerima bahwa hal ini tidaklah selalu benar!

“Disiplin rohani dapat berubah menjadi rutinitas yang tidak lagi memberi kehidupan.” Menantang, bukan? Kerohanian mekanik, yang terulang dan terus terulang bisa tidak menggairahkan sama sekali. Di situlah alam penderitaan rohani sungguh menjadi nyata. Disiplin rohani bisa melahirkan kejenuhan dan bahkan ‘pemberontakan di dalam diri sendiri yang menyebalkan.”

Siapa pun yang sungguh bergairah dalam siraman rohani atau renungan suci harian, tak bisa menampik kenyataan ini bahwa “Kita bisa sampai di satu titik di mana kita tidak lagi terinspirasi dan mengalir tanpa tujuan, tanpa inspirasi, dan tanpa arah.”

Dan kita, sebenarnya, melakukan semuanya sungguh hanya sebagai ‘sebuah rutinitas’ yang dipaksa oleh ruang, tempat dan waktu. Menantang memang!


Hal ini sama sekali tak dimaksudkan bahwa kedisiplinan rohani itu tak berarti dan tak diperlukan. Tidak! Tetapi, benar bahwa kita mesti teduh batin pula untuk mengalami bahwa di saatnya ‘ada alam setengah, sepotong dan bahkan kosong’ di dalam kedisiplinan rohani itu sendiri.

Mari, anggap saja kedisiplinan rohani itu teribarat bagai sebuah bus umum ke arah tertentu. Tak selamanya bus itu berpenumpang penuh. Terkadang bus itu melaju dalam runitasnya dengan sedikit penumpang jalan, atau bahkan ketiadaan penumpang sama sekali. Ada kah yang salah dari bus itu? Tidak sama sekali. Tetapi itulah kenyataan di perjalanan.

Ada saatnya kita memang ‘kosong dan tak menentu.’ Tetapi selalu ada harapan datangnya momentum nan cerah-ceriah. Ketika datangnya inspirasi yang sungguh menggairahkan! Mari kita buat satu perbandingan lainnya. Ada kalanya ‘dompet kita terlihat gemuk dan memang tebal.’ Tetapi, ada saatnya ketika kita mesti berani pula hadapi kenyataan isi dompet kita yang tipis bahkan ketiadaan sama sekali.’

Hidup kita tetaplah diperkaya dalam cita rasa iman, entah berpundi-pundi tebal, maupun dalam ketiadaannya. Sayangnya, katanya, sinar mata dan aura wajah kita seringkali terlihat jelas perbedaannya antara ‘di tanggal-tanggal muda dan di tanggal-tanggal tua.’ Ini yang sering datangkan ketidaknyamanan.
Maka, seperti itu pulalah aura kerohanian kita. Satu kenyataan yang sepantasnya kita renungkan, “Hidup kita bisa diperkaya dengan tidak melakukan apa-apa untuk beberapa saat. Bersantai bisa membuat kita berarti, sama seperti halnya bekerja.” Kita tetaplah orang kaya di tengah segala ketiadaan dan ketakberpunyaan. Paradoks memang. Sulit dimengerti. Tetapi, itulah kenyataannya.

Siapa pun kita, tentu membutuhkan sebuah ‘day off.’ Itulah sebuah hari sunyi, senyap, tak bergemericik kegaduhan; tak bersuara; ketika kita sedikit pun tak dadani satu kesempatan hening dengan segala kesumpekan dan hiruk pikuk sana sini.

Baca juga yang ini Penting; Kolekte sebagai Bentuk Tanda Syukur kepada Tuhan

Itulah saat ketika memang ketiadaan dan ketidaksibukan harus kita alami, namun sebenarnya, di situlah kita sungguh merindukan Kehadiran Yang Ilahi dan Sakral. DIA yang adalah di atas segala-galanya.

Sempat merenung pele-pele angin, “Mungkin karena kerohanian yang mesti keluar dari aura diri sendiri, maka Yesus bilang pada murid-muridNya untuk tetap puasa yang tak boleh untuk mendapat kesan dari pihak luar manapun bahwa sedang berpuasa.

Dan karenanya: Jangan atur-atur wajah untuk beraura suram, letih, lesuh, lemah, berbeban berat dan bahkan sedih. Jangan! Jangan bikin heboh di wajah dengan arus lemah melankolik dan lamentatif bahwa, itu tadi, kita sedang berpuasa! Puasa bukan sebuah aksi mengandung umpan perhatian sesama. Sebab, semuanya, “Hanya Tuhan yang tahu pasti….”

Selamat lanjutkan hari-hari sunyi Puasa kita. Biarkan Tuhan yang melihat kita, agar kita disanggupkan untuk melihat sesama dan alam sekitar. Semuanya di dalam meterai kerohanian bersama Tuhan yang menderita.

Verbo Dei Amorem Spiranti


Pater Kons Beo, SVD

Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
  1. Pendiri SVD        :  1875
  2. Pendiri SSpS       :  1889
  3. Pendiri SSpS-Ap :  1896
  1. "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya." 
  2. "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
  3. Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak  boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
  4. "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
  5. "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."

St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN

Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Minggu (10/3/2024) menyelenggarakan pertemuan pastoral untuk membentuk kepanitian Prosesi Sakramen Maha Kudus (Juni 2024) dan Perayaan Pesta Intan (75 tahun) Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong pada bulan juni tahun 2025, bertempat di Pendopo Pastoran.

Pertemuan dihadiri oleh Pator Paroki, Dewan Inti Pastoral, utusan komunitas Biara Suster (KFSA/PSM/AHKYB/PSM), Ketua Wilayah (Woang/Redong/Perumnas), Utusan dari Kelompok Katergorial (Vanclar/KTM/Legio Maria/OMK). Jumlah mereka sebanyak 35 orang.






Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar  

   Pohon Mangga ini tumbuh baik hingga saat ini di kebun salah satu keluarga di Paroki Lengkong Cepang. Benihnya disediakan oleh Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss, tahun 2014. 
Didokumentasikan oleh
Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023) 





Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).

Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)


Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI:



Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong

Posting Komentar

0 Komentar