Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; SAYANGNYA, kita terkadang tak berani menyusuri peta diri kita yang penuh kabut suramnya itu

Kamis, 10 November 2022 (Pekan Biasa XXXII, St Leo Agung - Paus ke 45 & Pujangga Gereja, St Andreas Avelino)
Bacaan I Filemon 7-20
Mazmur Tanggapan Mzm 146:7-10
Injil Lukas 17:20-25.

Menjaga dan mempertahankan persekutuan
"Mereka yang tidak baik bagi orang lain adalah buruk bagi diri mereka sendiri"
St Leo Agung




KITA bisa teramat sayang pada diri sendiri. Memanjakan diri sejadinya. Memberi pujian setinggi langit. Dan membela diri kita sebegitu sengitnya.




SEPERTINYA tak ada yang kurang dalam diri. Katanya, demi pencitraan diri sekian cemerlang, kita memang harus bertarung membentengi diri sendiri. Sebab kita tak ingin 'diserang.' Apalagi jika akhirnya harus 'merasa diri kalah.'




TETAPI, benar kah tak ada yang kurang dalam diri kita sendiri? Bahwa diri kita bebas dari keadaan 'retak-retak yang tidak enak punya'? Tidak kah terdapat 'dark side,' ya sisi gelap di dalam ruang diri dan hati kita sendiri?

SAYANGNYA, kita terkadang tak berani menyusuri peta diri kita yang penuh kabut suramnya itu. Kita tak sampai hati untuk menghakimi diri sendiri. Demi memberikan pelajaran serius dan berarti ke dalam diri sendiri.




NAMUN, kenapa kah mata kita mudah tersorot tajam pada kekurangan orang lain? Ketika kita gencar semburkan kata tentang kelemahan sesama? Saat kita berlaku buruk terhadapnya? Dan, kenapa kah kita selalu saja punya dan cari kesempatan untuk 'duduk bicara tanpa beban tentang mala petaka kehidupan orang lain?'


DI SINI, pada kenyataannya, kita lagi ekspresikan diri kita sendiri. Itulah diri kita sendiri yang sebenarnya suram dan banyak retaknya pula. Nampaknya, kita lagi berlaku curang terhadap sesama. Sebab kita jadi 'pengecut' terhadap diri sendiri. Tetapi kita sekian bebas berakrobat sana sini tentang ketidakhebatan orang lain.




TENTU bisa ditafsir dan dipahami seadanya dari apa yang diyakini oleh St Leo Agung. Kelakuan tak baik terhadap sesama adalah gambaran betapa tak indahnya hati dan seluruh pribadi kita sendiri. Bagaimanapun, kita tetap dipanggil untuk berlaku baik terhadap sesama. Itulah gambaran hati mulia hidup kristani.

KATA St Teresa dari Kalkuta, "Jika kita terus saja membenci (berlaku buruk) terhadap sesama, kita sungguh kehilangan kesempatan untuk mengasihinya." Ganti berlaku tak baik, mari bertarung untuk berbuat baik, pun berharap yang baik. Setidaknya dalam doa kita yang sederhana.


Bukan kah demikian?


Verbo Dei Amorem Spiranti
St Leo Agung, doakanlah kami!
Tuhan memberkati
Amin.

Posting Komentar

0 Komentar