Header Ads Widget

Pojok KITAB SUCI; Allah Semesta Sungguh Adalah Allah Kehidupan

Allah Semesta Sungguh Adalah Allah Kehidupan
-Bacalah Injil Lukas 20:27-38)



“Sakramen pengharapan kita rayakan justru pada saat tampaknya tidak ada harapan”
(T. Radcliffe, OP – Mantan Jendral OP – Dominikan)

Pater Kons Beo SVD





Tetap menjadi soal yang teramat serius. Saat atas nama Tuhan, manusia ‘membenarkan’ semua tindakannya yang suram. Tak hanya itu! Sekian sering pikiran manusia yang memperhamba dirinya sendiri justru dipersamakan begitu saja sebagai suara Tuhan. Atau setidaknya disejarkan dengan pikiran Tuhan.


Tentu, tak ada yang salah dengan agama dan tindakan kultis keberagamaan. Keyakinan yang benar akan Allah menuntun kita berpikir terbuka dan luas. Iman akan Allah pasti membawa kita kepada cinta akan kebenaran dan kehidupan. Agama adalah jembatan, melaluinya kita meniti untuk sampai pada sesama dan alam lingkungan dengan pikiran dan tindakan yang sejuk.



Kehidupan beragama yang sehat pasti menjadi motor utama untuk menggerakkan hati manusia dalam menghayati nilai-nilai kehidupan. Dalam agama yang dihayati secara benar kita pasti masuk dalam kesadaran akan: kesabaran, kerendahan hati, berbelaskasih, pengampunan, kemurahan hati serta sukacita dalam Tuhan. Semua hal indah ini pasti dialami saat Tuhan ditempatkan sebagai Pokok iman itu sendiri. 


Baca juga yang ini; Pater Kons Beo SVD ; “Tuhan, Buatlah Hati Kami Selalu Berpadu”


Namun, apa yang disebut sebagai kekuatan nilai sering menjadi kabur. Kita bisa terjebak dalam kepentingan sepihak yang hanya melihat kepentingan sendiri yang berakar dalam ‘diri sendiri’ sebagai pusatnya. Di sini, apakah bukan tak mudah bahwa bahkan Tuhan bakal selalu diobok-obok dalam kedudukanNya?

Maka, menjadi jelas bahwa Tuhan mudah ‘dikudeta’ demi disejajarkan dengan pikiran manusia. Atau bahkan lebih ngeri lagi bahwa Tuhan dan segala yang berhubungan denganNya ‘diperalat’ demi pembenaran segala kepentingan manusia. “Jualan agama dan atas nama Tuhan telah jadi bisnis meriah demi berkiblat pada kepentingan sendiri dan segelintir,”



Agama dengan ritualnya, institusi yang beraroma agama serta segala ornamen yang berbau agama terkadang ditampakkan dalam daya manipulatif yang mengerikan. Sebab semuanya bisa menjadi saluran untuk hanya memuaskan naluri kepentingan sepihak. ‘Tuhan diperlemah oleh gejolak hati dan pikiran manusia yang distortif.’ Bahkan, atas nama Tuhan, pikiran dan tindakan manusia yang berbalut kehancuran dan kematian sekian mudah diperagakan. Apakah Allah yang diimani itu adalah Allah penuh maut, kebinasaan, kehancuran atau kematian?

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANDANG sesama dengan kerendahan hati dan penuh keramahan


Saat Yesus, Tuhan, mesti menggugat manusia dan mengajar kita, maka kalimat yang terlontar dariNya adalah:

Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab dihadapan DIA semua orang hidup” (Luk 20:38)

Maka, ‘Allah orang hidup dan menjadikan semua orang hidup’ mesti menjadi inspirasi dasar bagi semua kita yang mengimani Allah sedemikian itu. Dalam Dia, kita semua sungguh menjadi hidup! Tentu, tidak hanya dalam arti kehidupan abadi, dalam kehidupan di masa yang akan datang setelah lewati kesementaraan hidup di dunia ini. Tidak!

Keakbaran iman akan Allah yang hidup adalah panggilan dasar bagi kita untuk jalani hidup, untuk bersuara, untuk bersikap dan bertindak selalu dalam kerangka atau forma pro life. Panggilan untuk mengusung kehidupan adalah keniscayaan yang tak terelakan.


Renungkan kembali kata-kata agung Yesus, “Di hadapan Dia semua orang hidup…” (Luk 20:38). Dan pertanyaannya adalah: Apakah tanggapan praktis iman kita pada titik selanjutnya? Tentu, iman itu harus ‘membawa harapan akan kehidupan.’



Sebab itulah mari kita bawa seluruh pengalaman hidup kita di dalam terang iman akan Allah yang menghidupkan. Kita telah keluar dari jalur iman saat kata-kata kita, gerak laku dan tabiat kita, sikap – perbuatan – tindakan kita membawa orang lain kepada kehancuran. Atau pun tanpa harapan lagi kepada kehidupan (baru).

Anda sungguh menjadi ‘orang saleh dan benar’ saat Anda bertahan terhadap sesama dalam doa-doa dan harapan yang baik, dalam pengorbanan, dalam kata-kata sejuk dan meneguhkan, di dalam apapun situasi yang tengah sesama hadapi! Itulah warta kehidupan nyata dari imanmu akan “Allah yang hidup dan bukannya Allah orang mati…”



Maka, tidak kah di situ api pengharapan dan iman selalu dinyalakan walau dalam situasi yang tampaknya tak ada harapan? Tuhan tetap selalu mulia dan agung dari apa yang sekedar kita gambarkan!



Bukan kah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat Hari Minggu
Tuhan memberkati. Amin



Posting Komentar

0 Komentar