Header Ads Widget

Satu perenungan; Kerohanian Yang Memeluk Keseharian

Satu perenungan

Kerohanian yang Memeluk Keseharian


P. Kons Beo, SVD

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik: TAK hanya sekedar 'tiba pada diri sesama,' lebih dari itu bahwa kita sanggup jadi sahabat seperjalanan

Hidupi apa yang ada


Mari bertarung dalam hidup nyata. Hadapi hidup ini seperti apa adanya. Namun, seperti apakah hidup nyata itu? Sebab, hidup miliki iramanya sendiri. Alam pun punya dinamikanya yang khas.

Banyak kiat terdengar. Ditangkap untuk disimak. Dijadikan sebagai kiat-kiat paten. Iya, demi alami dan jalani hidup ini. Agar hidup lebih dinamis, maka berkreasilah demi perubahan. Setiap manusia punya sesuatu atau bahkan banyak. Demi kehidupan yang maju dan berkembang.

Dari diri sendiri menuju yang lebih luas

Namun, dari mana gerak perubahan hidup itu dimulai? Ini pertanyaan sederhana. Namun, ia sebenarnya menggugat jati diri manusia. Ada keyakinan menebal bahwa "perubahan selalu berawal dari diri sendiri."

Gerak atau revolusi cara dan muatan berpikir, mental serta gema hati tetap dijadikan titik sasar. Sebab di situlah titik pangkal perubahan. Semuanya demi mengalami hidup yang damai dan penuh persahabatan.

Tak ada hidup yang sempurna


Namun, mungkinkah dialami satu kedamaian hidup nan sempurna? Saat hidup itu memang berjalan dan berlalu tanpa benturan dalam) segala riak-riaknya? Ini tentu menjadi hal yang tak mungkin.
Hidup punya 'alam dan dinamikanya tersendiri.' Terkadang harapan dan kenyataan nampak bak 'jauh panggang dari api.' Segala yang dirakit paten sering berujung rapuh dan berantakan.) Mimpi tetaplah jadi 'kepenatan ilutif' yang menggelisahkan.

Terdapat benturan kenyataan yang sungguh bikin gulana teramat dalam. "Saya boleh yakin...., padahalnya...." Tembok-tembok keyakinan itu ternyata mesti ditatap dalam segala kepenatan jiwa. Dan penuh sangsi.

Kerohanian miskin nilai


Di segala yang tak pasti, terkadang kerohanian ditangkap sebagai jalan keluar. Sikap dan perilaku religius digencarkan demi menggapai perubahan 'dari yang tak pasti menuju satu kisah nyata.' Maka, gairah religius, baik pribadi maupun kelompok, digelorakan.
Namun, kita tak bisa menolak kenyataan, "Perilaku religius terkadang menjadi pelarian dari dunia nyata." Ia tak ubah teralami bagai solusi kilat tanpa proses. Tanpa dinamika untuk menangkap sebab dan lalu berkreasi dalam solusi.

Baca juga yang ini; Satu Permenungan; Penyakit Kusta? Tuhan ‘tidak anggap memang!’

Kerohanian yang membumi

Doa-doa ternyata 'tidak tinggikan seluruh diri kita jauh dari kenyataan, dari kefanaan, dari kesementaraan, dari keduniawian dunia.' Doa selalu berarti terbangkitnya daya dorong untuk selalu berkarib dan memeluk dunia. Semangat religius atau hidup rohani bukanlah jalur pemisah nan tajam dan tegas dari kisah-kisah keduniaan.

Kerohanian memang bukanlah satu actus fugitivus atau asketisme sempit sebatas gerak pelarian dari kisah-kisah keseharian dunia dalam segala nuansanya. Doa dan kerohanian itu menjadikan kita berani hadapi kenyataan hidup ini. "Kerohanian adalah mata yang memandang, langit, kaki yang bertumpuh di atas bumi, sambil tangan tetap merangkul sesama dan alam raya."

Di dalam hidup yang punya irama dan penuh dinamika ini, setiap insan beriman memang mesti bertumbuh dan berkembang. Tidak dimaksudkan bahwa hidup itu bakal selalu teralami indah, menyenangkan atau apalagi untuk diperjuangkan hanya dalam koridor hedonistik. Kerohanian adalah gerak membuka "tirai-tirai keseharian hidup yang nyata. Dan lalu siap menghadapinya."


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Kita rindu ada bersama orang lain


Homo viator

Di atas semuanya, kita adalah insan yang tetap berjalan (homo viator). Namun, ke mana kah arah dan tujuan perjalanan ini? "Kekristenan," kata si bijak, "adalah perjalanan tanpa peta..." Di tempat kita berada, dari situlah kita selalu berawal gerak melangkah. Semuanya dalam harapan di dalam Tuhan sendiri.

Seorang Ibu Kerja keras memproduksi Tempe

Mungkin seperti itulah yang dialami oleh Bapa Bangsa, Abraham. Yang mesti bergerak tinggalkan tanah kelahirannya. Perjalanan 'tanpa peta ke mana, itulah yang dialami murid-murid pertama.' Yang hanya 'terpaku' pada "Mari ikuti aku."



Dan untuk setiap kita?Tuhan tetap memanggil kita untuk berjuang mengakrabi keseharian hidup ini. Untuk memeluk segala kisah-kisah nyata dalam harapan. Sambil tetap berjuang merawat semuanya dalam nilai-nilai.

Akhirnya...

Sebab itulah, sepantasnya kita sensitif jika sekiranya laku tapa dan jalan kerohanian ini menjebak kita untuk ditakhtakan sebagai 'manusia plus, manusia ekslusif, insan yang super.' Yang ditakhtakan lebih tinggi di atas semuanya dan segalanya.

Mari kembali ke peristiwa harian kita yang biasa dalam kerohanian yang membumi. Dan pada saatnya, hingga menggapai langit.

Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.
Amin
(Fàtima-Portugal, Minggu, 09 Oktober 2022).

Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
  1. Pendiri SVD        :  1875
  2. Pendiri SSpS       :  1889
  3. Pendiri SSpS-Ap :  1896
  1. "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya." 
  2. "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
  3. Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak  boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
  4. "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
  5. "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."

St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN

Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Minggu (10/3/2024) menyelenggarakan pertemuan pastoral untuk membentuk kepanitian Prosesi Sakramen Maha Kudus (Juni 2024) dan Perayaan Pesta Intan (75 tahun) Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong pada bulan juni tahun 2025, bertempat di Pendopo Pastoran.

Pertemuan dihadiri oleh Pator Paroki, Dewan Inti Pastoral, utusan komunitas Biara Suster (KFSA/PSM/AHKYB/PSM), Ketua Wilayah (Woang/Redong/Perumnas), Utusan dari Kelompok Katergorial (Vanclar/KTM/Legio Maria/OMK). Jumlah mereka sebanyak 35 orang.






Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss melakukan suatu survei pasar untuk mengetahui pasokan dan permintaan sayur-sayuran di Pasar Lembor, Ruteng, dan Borong. Hasil survei ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun suatu panduan pola dan waktu tanam yang terfokus pada pasar  

   Pohon Mangga ini tumbuh baik hingga saat ini di kebun salah satu keluarga di Paroki Lengkong Cepang. Benihnya disediakan oleh Program kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss, tahun 2014. 
Didokumentasikan oleh
Stef Jegaut, Selasa (15/8/2023) 





Pada program Pemberdayaan Sosial-Ekonomi, kerjasama Yayasan Ayo Indonesia dengan Missionprokur SVD Steinhauzen - Swiss tahun 2014, salah satu kegiatannya, adalah mempromosikan pembuatan Toilet dan Septik Tank menggunakan bambu untuk menggantikan fungsi besi beton, ternyata masih bertahan kuat sampai saat ini di Lengkong Cepang. Didokumentasikan oleh Stef Jegaut,Selasa (15/8/2023).

Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar)


Jasa Rental Kendaraan untuk Anda, Kami Siap Melayani dengan HATI:



Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong

Posting Komentar

0 Komentar