Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; TAK Perlulah Bahwa Kita Harus Jadi 'Orang Yang Berpunya' Untuk Membuktikan Kasih Itu

Jumat, 21 Oktober 2022 (Pekan Biasa XXIX, St Hilarion, St Ursula)
Bacaan I Efesus 4:1-4
Mazmur Tanggapan Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6
Injil Lukas 12:54-56

Selama Bulan Oktober, Umat di Kelompok Basis Gerejani (KBG) St Yosep Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Keuskupan Ruteng Berdoa Rosario dari Rumah ke Rumah. Bulan Rosario menjadi kesempatan berharga bagi umat untuk saling mengunjungi. Tidak hanya berdevosi kepada Bunda Maria, Umat juga bisa berbagi pengalaman, bertukar gagasan terkait karya pastoral, bicara tentang persekutuan dalam bentuk gerakan syukur seribu sehari (Gesshar), pembangunan Gereja fisik, dan mendengarkan informasi pastoral dari Paroki.
Salam persekutuan!



"Tunjukanlah kasihmu dalam saling membantu" Ef 4:2
(Sopportantes invicem in charitate)




ADA hal yang mesti dinyatakan dalam hidup. Itulah 'tindakan mengasihi.' Injil adalah kumpulan kisah-kisah kasih. Semuanya berawal dari Allah yang sungguh mengasihi manusia.

KEKRISTENAN adalah jalan hidup dan panggilan untuk saling mengasihi. Tak ada yang kurang dari situ. Sebab ia memang berakar dari Allah sendiri. Allah yang memandatkan semua kita untuk saling mengasihi.

TETAPI, bagaimana kah bahwa Kasih itu mesti dinyatakan? Rasul Paulus, kepada jemaat di Efesus, punya satu tegasan yakni dengan saling membantu. Ketajaman hati dituntut agar kita harus saling membantu.

Baca juga yang ini; Hasil Pendataan Disabilitas di Kecamatan Satar Mese Utara

ADA syarat lain untuk miliki hati yang rela membantu. Bagi Rasul Paulus, rendah hati, lemah lembut, dan sabar adalah kekuatan untuk saling mengasihi. Di atas semuanya, siapapun mesti belajar untuk melihat orang lain sebagaimana Allah memandangnya.

DI SISI sebaliknya, dunia anti kasih itu terjadi sebab manusia melihat sesamanya dalam teropong kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Kebencian, kekerasan serta rupa-rupa tekanan terjadi sebab orang masih tetap berhamba pada ambisi dan cita-citanya sendiri. Sesama dikorbankan.


TAK perlulah bahwa kita harus jadi 'orang yang berpunya' untuk membuktikan kasih itu. Biarlah, setidaknya, dengan membisikkan kata-kata peneguhan dan penuh harapan bagi sesama. Itu sudahlah cukup untuk membesarkan hati dan menghembuskan semangat dalam diri sesama.

RASUL Paulus, kepada jemaat di Efesus, ungkapkan keyakinannya tentang kesatuan roh dalam ikatan damai sejahtera (ef 4:3). Kasih itu memang mempersatukan! Kasih sanggup membuat setiap kita untuk 'tiba pada situasi dan keadaan hidup yang dialami sesama.'

Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati. Amin



Posting Komentar

0 Komentar