Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; TEMPAT di mana kita berada, itulah alamat seluruh kehidupan kita.

Jumat, 28 Oktober 2022
(Pekan Biasa XXX, St Simon dan St Yudas, Rasul)
Bacaan I Efesus 2:19-22
Mazmur Tanggapan Mzm 19:2-3.4-5
Injil Lukas 6:12-19

Yayasan Ayo Indonesia bekerjasama dengan 6 Pemerintah Desa di Kecamatan Satar Mese mengembangkan sorgum untuk tujuan Ketahanan Pangan, Gizi, Ekologis (mengurangi lahan tidur) dan Ekonomis (pendapatan). Desa Paka, Gara, Tal, Satar Loung, Iteng, Langgo dan Legu





"Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang..." 
Ef 2:29
(Ergo iam non estis hospites, et advenae)


Baca juga yang ini; Pemda Manggarai Komitmen Penuhi Permintaan Komnas Disabilitas untuk bentuk Unit Layanan Disabilitas di Manggarai


TEMPAT 
di mana kita berada adalah sandaran jiwa raga. Di situlah pangkalan ziarah hidup kita. Kita 'berakar' untuk hidup, dan lalu 'berbuah.'




TEMPAT di mana kita berada, itulah alamat seluruh kehidupan kita. Dan alamat itu isyaratkan kepastian. Iya, ia berkisah tentang keteduhan hati. Sebab di situ seluruh diri kita tertulis pada tempat dan alamat itu.
DARI satu kepastian alamat dan tempat tinggal, kita rancangkan segala arah dan tujuan jalan hidup ini. Jawaban atas pertanyaan " ke mana arah jalan hidup dan akan menjadi apakah kita nanti?" berawal dari kepastian tempat di mana kita tinggal. Bukan dari alam dunia penuh keterasingan dan tak pasti.


Baca juga yang ini; Renungan Harian KATOLIK; Hendaklah engkau tidak menaruh benci kepada sesamamu

DENGAN penuh keyakinan Rasul Paulus berseru kepada jemaat di Efesus, "Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang." Kesatuan jemaat Kristus kini telah dibangun di atas pijakan yang baru dan kokoh. Dan lagi Rasul berseru, "Kamu dibangun di atas dasar Para Rasul dan Para Nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru" (Ef 2:20).

KITA pun bukanlah orang asing atau pendatang. Dalam Kristus Yesus, kita telah alami situasi penuh kepastian dalam iman, harapan dan kasih. Dengan kepastian itu, kita berjuang sungguh dalam hidup. Iya, berjuang untuk satu peradapan hidup dalam kasih.




SEBALIKNYA, "orang asing dan pendatang" adalah kaum tak beralamat jelas. Dan mereka sungguh merindukan tempat pijakan hidup yang pasti. Yang membebaskan dan melegahkan hati. Sebab, mereka telah terpenjara dalam alam asing dan belum beralamat pasti.
TETAPI pula, hati-hatilah untuk satu sikap atau tindak 'pengasingan' terhadap sesama! Kita bisa saja sealamat, serumah, seatap, sekelompok, seinstitusi, sekampung, dan banyak se-kebersamaan lainnya. Sayangnya, kita macamnya gencar dan gaduh sekali untuk 'saling mengasingkan.' Untuk menghujat dan memperlakukan orang lain tetap 'sebagai orang asing dan pendatang.'




IYA, itulah yang kerap terjadi. Sebab kita memang tidak punya spasi sedikit pun dalam hati dan budi demi 'satu suasana dan alam kemerdekaan bagi sesama.' Sebab, kita secara sepihak terlalu banyak maunya: tempat ini, warisan ini, posisi ini, kekuasaan ini, jabatan ini, kedudukan ini, adalah 'milik kami yang asli. Bukan untuk orang asing dan pendatang. Bukan untuk yang sudah diasingkan dari hati kita sendiri....
Baca juga yang ini; Renungan Harian KATOLIK:  Kerja dan berusaha adalah cara paling wajar untuk cita-cita hidup layak.

KRISTUS YESUS, yang adalah Pokok iman kita, dan yang diwartakan Rasul Paulus, telah runtuhkan tembok-tembok yang dipakai manusia untuk saling mengasingkan. Dan mari kita hidup sebagai orang merdeka, lepas dan spontan untuk mengasihi dan menggapai sesama. Dalam iman dan kasih Tuhan sendiri. Di situ, syarat-syarat yang memberatkan telah dihempaskan.




Verbo Dei Amorem Spiranti
St Simon & St Yudas, doakanlah kami
Tuhan memberkati. Amin.

Posting Komentar

0 Komentar