Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; SAAT kita semakin dekat pada Tuhan, kita merasa bebas dan terbuka pada sesama.

Sabtu, 15 Oktober 2022
(Pekan Biasa XXVIII, St Teresa dr Yesus, Perawan & Pujangga Gereja)
Bacaan I Efesus 1:15-23
Mazmur Tanggapan Mzm 8:2-3a.4-7
Injil Lukas 12:12-12



"Semakin orang dekat Tuhan semakin ia menjadi sederhana"
(St Teresia dr Yesus)


Baca juga yang ini : Renungan Harian Katolik: TUHAN tak pernah tinggalkan kita.


MERASA diri semakin dekat dengan Tuhan? Itulah harapan dan perjuangan hidup setiap kita. Apalagi jika kita merasa bahwa diri dan jalan hidup kita tetaplah ada dalam lindungan Tuhan.


ADA jalan hidup doa yang membawa setiap kita untuk berjumpa dengan Tuhan. Ada juga jalan penuh keheningan yang dikemas dalam agenda perjumpaan sunyi.


Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; DI MANA ada kaum miskin dan sederhana, di situlah Gereja berada


UNTUK berjumpa dengan Tuhan 'lebih dekat' manusia pun masuk dalam puasa. Juga dalam perjalanan ziarah. Demi menggapai Tuhan melalui alam dan lingkungan sakral. Dan kita tak pernah lupa akan jalan hidup pribadi yang adalah jalan pula untuk 'mendekati Tuhan.'


TERDAPAT satu hal kunci dalam 'mendekatkan diri pada Tuhan.' Dalam keyakinan St Teresa dari Yesus "mendekatkan diri pada Tuhan selalu berbuah pada kesederhanaan." Di situ, siapapun pasti telah masuk dalam alam kerendahan hati. Saat ia semakin mengenal dirinya sendiri, menerima sesamanya dan senantiasa berserah pada kuat dan kehendak Tuhannya.

 
SAAT kita semakin dekat pada Tuhan, kita merasa bebas dan terbuka pada sesama. Tak ada jarak lagi yang harus dipakai untuk memisahkan kita dari sesama. Kita bukanlah kaum elitis yang merasa punya hak istimewa untuk menistakan yang lain.

Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik: ALLAH masuk dalam ziarah hidup setiap kita melalui jalan Kasih


TERKADANG ada godaan berat dari arus 'merasa diri lebih dekat dengan Tuhan.' Godaan itu terungkap dalam 'keangkuhan rohani.' Merasa diri sendiri dekat Tuhan dipakai sebagai standar atau ukuran untuk menilai sesama dan bahkan untuk menghakimi orang lain.


KEROHANIAN yang benar selalu bercitra dalam kerendahan hati. Dalam merangkul siapapun sesama. Dalam memandang sesama dalam Kasih Persaudaraan dan rasa kekeluargaan. Sebab itulah kesederhanaan hidup selalu menjadi jalan untuk menuju sesama, serentak bahwa sesama selalu punya tempat di hati kita. Tanpa syarat.


DALAM dunia yang dihebohkan dengan "mabok agama," agama dijadikan ciri eksklusif yang sungguh merusakkan. Merasa diri "dekat Tuhan dan punya Tuhan" dipakai modal utama untuk menggebuk sesama sebagai najis, kafir, haram serta orang asing!

 
MAKA, biarlah kita berjalan dalam kerohanian yang sunyi, dalam perjumpaan kita dengan Tuhan penuh spontan dan 'apa adanya.' Bahkan dalam kelemahan, kekurangan dan serba ketidakhebatan kita.


SEMAKIN kita dekat dengan Tuhan, kita menjadi semakin "kosong dan tak punya apa-apanya" untuk menganggap diri sendiri lebih saleh dan lebih layak dari pada semua orang lain.

Baca juga yang ini; Satu perenungan; Kerohanian yang Memeluk Keseharian

SEBAB itulah, biarlah kita menjadi 'tak berarti untuk merasa senasib dan sepenanggungan di ziarah hidup yang belum berakhir ini. Dan sederhana selalu juga berarti bahwa kita sanggup melihat diri kita sendiri melalui sesama kita.

 
Verbo Dei Amorem Spiranti
St Teresa dr Yesus,
Doakanlah kami.
Tuhan memberkati. Amin
(Lourdes, 14 Okt 2022)





Posting Komentar

0 Komentar