Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; RINGKAS saja, misalnya, mengapa engkau tak pernah mau mengampuni tetanggamu, saudaramu, sesamamu?'

Sabtu, 22 Oktober 2022
(Pekan Biasa XXIX, Beato Timotius Giaccarlo, St Yohanes Paulus II - Paus ke 264)
Bacaan I Efesus 4:7-16
Mazmur Tanggapan Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5
Injil Lukas 13:1-9





"Sebaliknya dengan berpegang teguh pada kebenaran dalam kasih, kita bertumbuh dalam segala hal menuju Kristus Sang Kepala" Ef 4:15

(Veritatem autem facientes in charitate, crescamus in illo per omnia, qui est caput Christus)
ADA yang sungguh menantang dalam hidup beriman. Yang sungguh menantang itu tak hanya berkenaan dengan hal-hal praktis. Sebab bagi jemaat beriman, penindasan serta berbagai macam tekanan praktis lainnya itu adalah hal yang sering dialami.

ADA lagi tekanan yang menekan rasa. Yang mengaburkan isi kebenaran Iman. Sepertinya setiap orang merasa berhak untuk 'menafsir Yesus dan seluruh peristiwa hidup.' Ada sekian banyak orang yang menempatkan Yesus di dalam ajaran dan tafsirannya sendiri. 

DARI pada menindas jemaat Kristen, dunia kini lebih memilih untuk 'masuk dan menantang inti iman kristen.' Yang dibombardir adalah 'salib, perayaan iman, Kitab Suci, serta ajaran resmi Gereja.' Di titik ini, apakah jemaat, orang-orang Kristen sungguh bertahan dalam ujian-ujian iman ini?

RASUL Paulus mengamati dengan cerdas tentang situasi penghayatan iman yang dialami oleh Jemaat Efesus. Pertemuan dengan berbagai ragam manusia melahirkan alam kemajemukan dalam memahami ajaran tentang Yesus dan seluruh peristiwa hidupNya. 

RASUL Paulus miliki satu pengharapan yang mesti bertumbuh dalam diri jemaat Efesus. Seruannya jelas, "... kita semua akan mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan yang penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus" (Ef 4:13).

TAK ada yang dapat mengaburkan suasana hati dan isi pikiran kita jika memang hati kita telah sungguh terpikat pada Yesus dan seluruh peristiwa hidupNya. Tak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari keagungan iman dalam Kristus Yesus sendiri.

DI ZAMAN yang serba maju dalam teknologi komunikasi, selentingan suara gaduh tentang Yesus bertaburan dan berhamburan sana-sini. Tak usahlah panik dan apalagi bereaksi aneh 'yang bukan-bukan.' Terimalah dan jadikan semuanya sebagai ujian iman yang mesti dihayati lebih kokoh dan bersinar.

YESUS dan salibNya sedikitpun tak redup dalam daya keselamatanNya walau ia dikepung dan diserang oleh perbagai hinaan. Kristus Yesus tetaplah Putera Allah yang mahatinggi. Ia datang untuk 'mengangkat dan menaikkan semua kita ke dalam kemuliaan mahatinggi.


DI SINi, sepantasnya kita tertegun dalam kedalaman dan keberakaran iman. Artinya, sekali Kristus tetaplah Kristus. Awal dan akhir hidup kita selalu dalam kekuatan iman di dalam Yesus. Tak ada yang lain.

TETAPI juga yang terpenting, jangan terlalu memandang 'pihak luar' yang jadi pokok keresahan penghayatan iman kristiani. Sebab, banyak kali, kita sendirilah yang jadi pokok dalam 'menyangkal Kasih Kristus.'

RINGKAS saja, misalnya, mengapa engkau tak pernah mau mengampuni tetanggamu, saudaramu, sesamamu?' Dan engkau lebih berkiblat dan berpihak pada 'simpan marah dan menanti saat untuk balas dendam?' Bukan kah itu adalah pengikaran teramat nyata akan kisah Kasih dalam Yesus sendiri?


Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati. Amin

Posting Komentar

0 Komentar