Header Ads Widget

Pojok KITAB SUCI; Bro, Jangan Disangka Zakheus itu Tak Gesit….

“Bro, Jangan Disangka Zakheus itu Tak Gesit….” (Bacalah Injil Lukas 19:1-10)

“Orang pesimis melihat kesukaran di setiap kesempatan, sedangkan orang optimis melihat kesempatan di setiap kesukaran”
(Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris, 1874 – 1965)




P. Kons Beo, SVD

Kisah itu terjadi di sekitar kota Yeriko. Penulis Lukas mencatat, saat Yesus masuk kota, “dan berjalan terus melintasi kota itu” (Luk 19:1). Yesus yang melintasi kota itu sepertinya tertahan pergerakanNya. Bisa terjadi, kisah-kisah hebat tentang Yesus telah terdengar di telinga orang Yeriko. Dan rasa ingin tahu pun tak terbendung. 
Di antara orang banyak itu, ada pula Zakheus. Ia, sejatinya, tak hendak melihat Yesus. Pribadi Yesus pun mungkin tak mendapat tempat di hati dan jalan hidupnya. Zakheus mungkin lebih peduli pada pekerjaan dan posisinya sebagai pemungut cukai.



Tetapi, Zakhesus punya rasa ingin tahu yang besar: Siapa sebenarnya ‘orang itu yang kehadirannya sungguh bikin heboh suasana.’ Kita ikuti lukisan Penginjil Lukas:


“Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai yang kaya. Ia berusaha melihat orang apakah Yesus itu…” (Luk 19:2-3)

Yesus yang tengah melintas itu kini berhadapan tidak hanya dengan ‘keramaian orang banyak,’ tetapi juga mesti ‘dialami oleh seseorang yang (kebetulan) punya rasa ingin tahu yang tinggi.’ Namun, persoalannya adalah apakah semudah itu si Zakheus bisa mengisi buli-buli hatinya yang penuh rasa ingin tahunya itu?


Fisiknya yang pendek adalah halangan nyata baginya. Demi melihat dengan jelas ‘siapakah orang itu’ yang lagi dalam keramaian orang banyak. Lebih dari itu, mari kita renungkan pula bahwa tak hanya ‘sosok pendek fisik’ yang dipunyai Zakheus. Tidak kah dalam pandangan umum, Zakheus, sebagai bos para pemungut cukai, adalah ‘pribadi yang dipendekkan, direndahkan, dienyahkan, serta tersingkir dari tata pergaulan umum?’

Tetapi, ada kah kecerdasan akal budi dan hati dalam diri Zakheus untuk melampaui halangan itu? Mari kita renungkan dua gerak fisik dan terutama ‘gerak rohani’ si Zakhesus untuk menjangkau ‘orang apakah Yesus itu?’


Pertama, ‘Yang pendek sudah menjadi tak berarti dan tak diperhitungkan di antara kerumunan masa. Zakhesus telah terhimpit. Sepertinya, tak ada yang dapat ia perbuat. Dalam artian tata pergaulan, Zakheus ‘sungguh senyap dalam hiruk pikuk suasana. Zakheus, walau orang pendek, boleh saja besar dan berkuasa di komisi para pemungut cukai, tetapi kini ia harus menjadi kecil dan tak punya panggung di keramaian.


Tak ada cara lain bagi Zakhesus selain “berlari mendahului orang banyak” (Luk 19:4). Tindak “berlari mendahulu orang banyak” itu adalah sikap penuh cerdas Zakhesus agar tak terus terhimpit khalayak. Jarak dari orang banyak harus ia ciptakan! Zakheus mesti menjauh dari orang banyak dalam satu lintasan horisontal.

Dan ternyata tak hanya itu, Zakheus harus pula menciptakan ‘jarak lebih di satu ketinggian.” Tak boleh sebatas jarak di lintasan horisontal. Zakhesus mesti ciptakan pula satu jarak vertikal, saat ia harus membuat ‘dirinya sendiri lebih tinggi dari semua orang lainnya.’


Mari susuri dan renungkan apa yang ditulis Penginjil Lukas,

“….lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ” (Luk 19:4).


Tetapi, apakah Zakheus terus bertahan di ketinggian pohon ara dan Yesus terus saja melintasi kota Yeriko? Kita dapat merenungkan episode selanjutnya,

Kedua, ‘Yang hendak melihat orang apakah Yesus itu, ternyata justru ia yang dilihat Yesus…’ Nampaknya Zakhesus kini, dari ketinggian pohon ara, telah mudah melihat ‘pribadi yang bikin heboh itu (Yesus).’ Tetapi justru Yesus-lah yang mudah melihatnya di ketinggian itu.



Momentum keselamatan pelan namun pasti segera dimulai. Atas permintaan Yesus, Zakheus pun harus segera turun! Tidak untuk direndahkan (lagi) atau dipojokkan, tetapi untuk satu etape berikutnya, yang bagi Zakheus sendiri, sungguh tak terduga. Yesus sendiri, kini, telah menjadi tokoh utama dari ‘segala pergerakan dan perjalanan batin Zakheus.’

“Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (Luk 19:5).


Yesus, yang semula bagi Zakheus, adalah ‘orang apakah Dia…’ kini harus menjadi Sosok Tamu Istimewa yang segera menumpang di rumahnya. Dari keramaian dan keterhimpitan orang banyak, dari sosok yang yang ‘terlempar di jalanan,’ dan yang tak diperhitungkan, justru Zakheus mendapat perhatian dari Yesus sendiri.


Jangankan untuk ‘hilang senyap atau terdesak dalam keramaian’ seperti dalam keramaian orang banyak yang menghimpit Zakhesus, kita justru sebaliknya bertendensi untuk menjadi bintang atau tokoh utama dalam banyak keramaian. Kita ingin menjadi fokus dalam kerumunan sekian banyak orang. Di situ, pencitraan diri tak pernah berujung selesai juga.



Bukan kah sepatutnya kita berjuang untuk menciptakan jarak dari segala hiruk pikuk itu? Hanya dengan itu maka: kita tidak hanya dapat mengalami Tuhan dengan lebih jelas, tetapi terlebih bahwa Tuhan-lah yang memandang kita ‘penuh dan sedalamnya.’



Tuhan justru ingin melihat dan lalu menyambut kita dengan segala ‘apa adanya kita. Dengan segala kelebihan dan kekurangan, dengan semua kehebatan dan ketidakhebatan, dengan segala kesanggupan pun segala kelemahan yang kita miliki.

Seorang sahabat punya komen bebas begini: “Yesus itu harus suruh Zakheus segera turun dari pohon ara. Dan Yesus sendiri ingin singgahi rumah Zakheus. Sebenarnya, Yesus ingin pulangkan Zakheus kembali ke aura rumahnya sendiri.” “Sebab,” kata sahabat saya lagi, “Yesus itu tahu bahwa Zakheus itu, selama ini selalu punya banyak alasan untuk lebih sibuk di luar rumah kediamannya sendiri. Iya, bahkan di luar rumah dirinya sendiri….’ Zakheus lebih banyak ingin berada di tempat ‘di mana ia bisa dapat banyak untung-untungnya…. Namanya saja kepala pemungut cukai.”
Ada-ada saja komen sahabat saya ini. Tetapi, bisa saja terjadi demikian.

Bagaimana pun ujung indah dan manis dari kisah Zakheus, bagi kita, adalah ‘keselamatan yang menyapa kita semua. Dan semuanya mesti terjadi dalam Kasih Kristus, “yang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10).



Bukan kah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat Hari Minggu
Tuhan memberkati. 

Posting Komentar

0 Komentar