Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK; Bagaimana bicara tentang relasi berkat bagi anak-anak kita?


Sabtu, 13 Agustus 2022
(Pekan Biasa XIX, St Hipolitus, St Pontianus - Paus ke 18)
Bacaan I Yehezkiel 18:1-10.13b.30-32
Mazmur Tanggapan Mzm 51:12-15.18-19
Injil Matius 19:13-15

Terdapat tanggungjawab nan mulia demi hidup dan masa depan anak-anak. Sebab masa depan mereka masih terbentang di depan. Terbuka dan luas. Mesti ditatap dan ditapaki. Perlahan namun pasti.


"Lalu Yesus meletakkan tanganNya atas mereka...."
Mat 19:15
(Et cum imposuisset eis manus....)

MARI bicara tentang relasi berkat bagi anak-anak kita.

Terdapat tanggungjawab nan mulia demi hidup dan masa depan anak-anak. Sebab masa depan mereka masih terbentang di depan. Terbuka dan luas. Mesti ditatap dan ditapaki. Perlahan namun pasti. DEMI semua yang masih terbentang jauh itu, generasi senior terpanggil dalam 'uluran tangan yang memberkati.' Itulah tangan yang menunjuk pada titik mana yang mesti dicapai oleh anak-anak. Dan tentu, menjadi pula tangan yang 'menuntun' sebagai kekuatan bagi anak untuk berlangkah. Agar kelak mereka bisa "jadi manusia."

Baca juga yang ini; Satu Permenungan dari Seorang Imam Katolik: Kebenaran Itu Tak Akan Pernah Tersekap

INILAH tanggungjawab mulia bagi generasi senior. Sebab masa depan kehidupan dalam rana apa saja ada di tangan anak-anak. Tak ada kata dan tindakan agung selain: berilah anak-anak daya pengharapan. Ungkapkanlah rasa tanggungjawab demi jalan hidup mereka dan demi kebaikan bersama pula.


BAGI para orangtua dan kaum senior, pandanglah anak-anak dan generasi muda dengan sukacita. Bahwa Allah memberikan tanggungjawab yang mulia demi masa depan semua mereka. Karena kehadiran merekalah, siapapun orangtua dan para senior mesti ungkapkan tanda Kasih Sayang yang nyata.


DI ALAM suram sebaliknya, sekian banyak anak rasakan derita seperti tanpa kepastian. Tiada kasih sayang yang dibutuhkan. Jauh dari harapan dan keinginan dasar yang wajar. Patut disayangkan andaikan anak-anak mesti alami kehidupan bagai penjara, justru dalam rumah mereka sendiri.


TIDAKKAH anak-anak mesti kecut hati akibat seringnya pertengkaran tak terkendali antar kedua orangtua mereka? Saat sekian seringnya hardikan atau bentakan kerdilkan rasa kepercayaan diri mereka? Ketika anak-anak terlalu 'disendirikan' tanpa kata-kata pujian, kekuatan dan dorongan?

Baca juga yang ini:Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong di tengah Festival Golo Koe Labuan Bajo

KATA-KATA Rasul Paulus sungguh berdaya, "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hati mereka" (Kol 3:21).

Ingatlah akan segala sesuatu yang telah melukai hati anak-anak. Terkadang hilang kendali diri bisa membawa petaka sesaat bagi anak-anak. Terungkap lewat kata dan perlakuan sesaat. Namun bisa membekas di hati anak.


DI MASA yang semakin berkembang ini, ada tantangan yang tak kecil. Saat segala sesuatu sekian mudah untuk dijangkau. Para orangtua dapat 'bebas bergerak dalam alam kesibukan.' Tetapi, ingatlah! Kehadiran bersama mesti menjadi porsi berkat bagi anak-anak.

Sebab, pada masa ini, ada kecemasan akan "alam yatim piatu" bagi anak-anak yang sesungguh orang tua mereka nampak "telah mati walau masih dalam hidup."

TETAPI di atas segalanya, "membiarkan anak-anak datang kepada Yesus, tanpa menghalangi mereka" adalah panggilan untuk menjadikan rumah keluarga sebagai rumah doa dan rumah nilai-nilai Injili. Satu tugas berat, penuh tanggungjawab dan menuntut kesungguhan hati. Dan di situlah, anak-anak dibiarkan untuk mengalami Berkat yang dari Tuhan sendiri.


BERBAHAGIALAH orangtua, kaum senior, dan kalian semua yang telah jadi perintis dan kekuatan berkat bagi anak-anak dan semua generasi penerus. Kalian terberkati sebab telah jadi berkat bagi semuanya dalam kesaksian hidupmu yang unggul.


Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.Amin




Posting Komentar

0 Komentar