Senin, 20 Juni 2022
Pater Kons Beo, SVD |
(Pekan Biasa XII, St Adelbertus dr Magdeburg, St Florentina, St Silverius - Paus ke 58, Beata Michalina)
Bacaan I 2Raja-Raja 17:5-8.13-15a.18
Mazmur Tanggapan Mzm 60:3.4-5.12-13
Injil Matius 7:1-5
"Janganlah menghakimi...."Mat 7:1
(Nolite iudicà re..)
KITA miliki sesuatu yang luar biasa? Itulah modal dasar untuk berkembang dalam hidup. Termasuk demi kepentingan hidup yang lebih luas. Maka, berjuanglah!
SEGALA kelebihan punya kita, kata orang bijak, bukanlah modal kuat untuk menghakimi atau nistakan sesama 'yang berkekurangan.' Itu bukanlah panji-panji kemenangan untuk menghakimi sesama yang kurang beruntung jalan hidupnya.
'JIKA Anda terbilang dari kalangan orang cerdik pandai, janganlah nistakan yang kurang pandai; jika Anda orang berada, janganlah mencela orang miskin, berketerbatasan dan sederhana; dan jika Anda sungguh merasa diri orang benar dan teramat saleh, janganlah segera bersombong rohani untuk mengkafirkan dan melaknatkan sesama 'yang berdebu hidup.'
MARILAH kita bersyukur atas segala karunia yang Tuhan berikan. Itu semua bukanlah 'kekuatan punya kita' untuk mendamprat yang kurang beruntung nasib atau yang hidup dalam kesuraman.
KATA si bijak pula, "Di hadapan sesama, kita tidaklah lebih tinggi, pun tidaklah lebih rendah. Tetapi bahwa kita tetaplah unik." Di atas segalanya, di hadapan Allah, kita adalah insan-insan yang dikasihiNya.
BISA terjadi bahwa kita terlalu merasa diri sebagai 'superman-superwoman' untuk rajin berisik dan berbisik sana-sini tentang kekurangan dan kelemahan orang lain!
Atau juga sebaliknya bahwa kita sendiri merasa minder akan keterbatasan diri sendiri. Hingga kita lupa akan kata-kata Tuhan yang terus meneguhkan dan memberi pengharapan.
JIKA dunia dilihat dan dialami sebagai rumah tinggal bersama, betapa alam kedamaian dan citra keasrian hidup lah yang pasti diusahakan. Tetapi, jika dunia dilihat tak ubah hanya sebatas 'arena tarung kompetisi,' maka 'sikap baku gigit, baku sikut atau baku jegal' sungguh jadi sengit.'
DALAM 'dunia baku gigit dan saling serang' itu kerja kita pasti hanya sebatas "mencari selumbar di mata orang lain; dan kita tak pernah tahu atau tak akui akan balok yang menempel nyaman di dalam bola mata sendiri."
TETAPI, TUHAN tetap menghendaki agar kita hidup dalam Kasih Persaudaraan. Jika kita memandang sesama dengan ''mata kasih'' kita pasti akan memandangnya dalam cahaya penuh harapan dan dalam kehangatan doa yang tulus dan jujur.
Bukan kah demikian?
*Verbo Dei Amorem Spiranti*
Tuhan memberkati.
Amin
0 Komentar