Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; SETIAP kita bisa datang dengan 'variasi kalimat sakti'

Rabu, 08 Juni 2022


umpungjayasiar.com,RUTENG.Cara kita mencintai bumi salah satunya adalah dengan menanam sorgum untuk tujuan ekonomI, gizI dan ekologI 3i tanpa menggunakan bahan kimia sebagai sarana produksi. Lahan kritis bisa menjadi sumber pangan jika ditanami sorgum, seperti yang sedang dikembangkan oleh petani di Kampung Pesi, Desa Golo Ndari, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur-NTT. Di likotuden, Flores Timur, puluhan hektar lahan kritis menjadi lumbung pangan sorgum, di sana sorgum diolah menjadi tepung sereal dan beras sorgum untuk dikonsumsi setiap hari oleh keluarga-keluarga.

(Pekan X Biasa, St William dr York, St Yakobus Berthieu)

Pater Kons Beo,SVD

Bacaan I 1Raja-Raja 18:20-39

Mazmur Tanggapan Mzm 16:1-2a.4.5.8.11.

Injil Matius 5:17-19

"Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya:

Mat 15:17

(Non veni sòlvere, sed adimplère)


ORANG BARU kini sudah datang. Ia telah muncul dan hadir. Ada banyak hal yang ada di pikirannya. Ada litania kehendak di relung hatinya. Orang baru itu hadir dengan segala mimpinya. 


ADA BAIKNYA jangan terlalu tergesa-gesa. Sebab kata orang: mesti ada 'studi kelayakan.' Itu tak hanya pada menatap situasi, keadaan atau lingkungan dengan tepat. Tetapi terlebih pada meneropong ke dalam diri sendiri. Apa kah dari diri sendiri terlahir inspirasi yang OK?


MENGUBAH sesuatu yang 'di luar' memang mesti bertolak dari 'mengubah yang ada di dalam.' Ini tentu berkenaan dengan komitmen. Sebab semangat demi perubahan itu menegaskan: perjuangan dan pengorbanan.


SEBAB itulah keadaan yang berubah mesti berasal dari peristiwa berubah di dalam diri yang acapkali tak mudah. Hidup sering jadi tawar dan kering. Keadaan nampak sepertinya 'tetap yang itu-itu saja.' Lalu kepada siapa kah asap jerit hati ini mesti ditiupkan? 


TERKADANG kita hanya mengeluh akan situasi suram 'yang tak mau kita genapi dan kita atasi.' Kita berkomentar miris dan miring tentang satu kegagalan atau kekurangan ini-itu 'yang seharusnya dapat kita atasi.'


TAURAT tetap jadi 'kaku, berat, sulit, membebankan bahkan menindas.' Sebab tak ada jiwa 'yang menggenapi dalam semangat baru  dan benar.' Yesus datang tidak untuk membatalkan hukum Taurat. Ia hadir untuk memberi warna baru atas dasar Kasih Allah pada taurat itu.


SETIAP kita bisa datang dengan 'variasi kalimat sakti': harusnya begini, sebenarnya mesti dibuat  ini, mungkin lebih baik kalau, ada rencana untuk... Tak ada yang salah dengan segala seruan penuh mimpi dan harapan ini. 


KINI semuanya tinggal dimulai dalam aksi-aksi nyata "demi menggenapinya." Mimpi dan janji mesti diperjuangkan. Demi tiba pada kenyataannya. Setidaknya ada dalam proses yang lahirkan harapan! Bukan kah produktivitas bertolak dari kreativitas? Dan kreativias itu berangkat dari inisiatif yang sehat? 


*Verbo Dei Amorem Spiranti*


Tuhan memberkati.

Amin.

Posting Komentar

0 Komentar