Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK : Perhatian dan pembelaaan Tuhan terhadap orang kecil, miskin dan menderita tidak pernah putus dalam perjalanan hidup manusia



PEKAN BIASA XIII

Jumat, 1 Juli 2022
Bacaan: Amos 8:4-6.9-12; Matius 9: 9-13

Perhatian dan pembelaaan Tuhan terhadap orang kecil, miskin dan menderita tidak pernah putus dalam perjalanan hidup manusia. Pertanyaannya, siapa yang membuat orang kecil, miskin dan sengsara mengalami situasi hidup yang menyedihkan dan memprihatikan itu?

Mungkin dengan mudah kita mengatakan bahwa kemiskinan dan penderitaan orang-orang kecil adalah kesalahan mereka sendiri. Mereka malas dan tidak berjuang. Mereka apatis, cepat pasrah dan menyerah kalah, tidak tekun dan tidak ulet. Dan, mereka percaya kepada takdir. Artinya sudahlah seperti ini, hidup kita seperti ini terjadi karena kehendak, rencana dan kemauan Allah. Jadi kita menerima saja nasib kita apa adanya.

Karena konsep dan pandangan serta sikap dan prilaku seperti itu, bisa saja orang-orang kecil, miskin dan sengsara mengalami kehidupan yang memprihatinkan. Akan tetapi tidak semua penderitaan dan kesengsaraan orang kecil, miskin dan sengsara muncul atau datang dari diri mereka sendiri. Akan tetapi sering sekali situasi miskin, penderitaan dan kesengsaraan mereka datang dari luar atau dari orang lain, terlebih dari orang-orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan.

Nubuat Amos pada hari ini diarahkan kepada para pemimpin dan penguasa “yang menginjak-injak orang miskin dan membinasakan orang sengsara di negeri ini” (Am 8: 4). Khususnya, orang-orang yang bergerak dalam dunia perdagangan, mereka “memperkecil takaran, menaikkan harga dan menipu dengan neraca palsu”. Mereka “membeli orang papa dengan uang dan membeli orang miskin karena sepasang kasut. Mereka “menjual terigu tua” (Am 8: 5-6).

Sikap Tuhan Terhadap Para Penindas dan Orang Yang Tertindas

Terhadap orang-orang yang melakukan kejahatan-kejahatan seperti ini, Tuhan tidak mungkin berdiam. Tetapi Dia akan bertindak dan melakukan sesuatu. Misalnya “matahari terbenam di siang hari”, “bumi gelap pada hari cerah”, mereka mengalami “perkabungan.” “Setiap kepala” menjadi “gundul”. Mereka akan ‘berkabung atas kematian anak tunggal” sehingga mereka mengalami hari-hari “pahit dan pedih” dalam hidup.

Dalam situasi hidup yang memprihatikan, Tuhan pada intinya selalu memihak dan membela orang-orang kecil, miskin dan sengsara. Selama masa penindasan di tanah Mesir, orang-orang yang mengalami penderitaan memberi kesaksian dan berkata: “Tuhan mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami” (Ul 26: 7). “Aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan” (Pkh 4: 1).

Belajar Dari Tuhan

Bila kita memiliki kekuatan dan kekuasaan, hendaklah kita tidak menggunakan kekuatan dan kekuasaan itu untuk menindas orang lain, terlebih orang kecil. Kekuatan dan kekuasaan tidak mengandung dan memberikan hak dan kewenangan untuk bertindak dan berbuat sesuka hati terhadap orang lain. Bila kita melakukan kesewenangan terhadap orang lain, cepat atau lambat waktunya kita akan mengalami akibatnya atau resikonya yang berat atau buruk.

Lebih daripada itu, seperti Tuhan kita harus memberi perhatian dan kepeduliaan kepada orang-orang kecil, miskin dan sengsara. Secara manusiawi, kemiskinan dan kesengsaraan pasti bukanlah hal yang dirindukan dan dicari manusia. Manusia selalu mencari kekayaan, kegembiraan dan sukacita. Karena itu secara alami, manusia tidak mendambakan dan mencari kemikisnan dan kesengsaraan.

Akan tetapi, terlepas dari kerinduan dan dambaan manusia, kemiskinan, penderitaan dan kesengsaraan tetap terjadi dan berjalan sepanjang zaman di dunia ini. Karena itu orang-orang yang mengalami situasi miskin dan sengsara harus dibantu dan ditolong serta diangkat dan diperbaiki, agar mereka bisa mengalami perubahan hidup yang layak, bermartabat dan bermutu.

Maka janganlah kita menutup hati, pikiran dan mata terhadap orang-orang kecil, miskin dan sengsara. Hati, pikiran dan mata kita tetap terarah kepada orang lain, terutama orang-orang kecil, miskin dan sengsara. Kita harus menjadi perpanjangan hati, pikiran dan mata Tuhan untuk mencintai dan memperhatikan orang-orang lain yang memang tidak berdaya untuk membangun hidupnya.



Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng

Mempromosikan sorgum sebagai sumber pangan dan pendapatan bagi petani-petani kecil di perdesaan. Upaya pemberdayaan ekonomi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan martabat petani, pekerjaan mereka sungguh mulia menyediakan pangan bagi warga dunia. Di Keuskupan Ruteng melalui layanan pastoral diakonia pemberdayaan terus diupayakan untuk memperjuangkan hak ekonomi umat dimana mereka harus memiliki sumber penghidupan yang dapat meningkatkan harkat dan martabat mereka sebagai Manusia


Posting Komentar

0 Komentar