Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK; MATA yang terang selalu sanggup melihat dunia dan sesama dalam bingkai yang lebih luas

Jumat, 17 Juni 2022
(Pekan Biasa XI, St Emilia de Vialar)
Bacaan I Raja-Raja 11:1-4.9-18.20
Mazmur Tanggapan Mzm 132:11.12.13-14.17-18
Injil Matius 6:29-23

Pater Kons Beo, SVD

"Mata adalah pelita tubuh" Mat 6:22

(Lucèrna còrporis tui est òculus tuus)


SEMUANYA ada pada keindahan dan kesanggupan mata dalam memandang. Apa kah yang menjadi titik utama dari perhatian kita? Pada  barang atau harta? Atau kah pada manusia serta nilai kemanusiaan? 

TENTU, kita tak mungkin hidup tanpa harta. Tanpa apa yang dapat kita gunakan untuk jalani hidup itu. Tetapi tetap ada spirit secukupnya dan sewajarnya dalam kefanaan. Dunia masih terlalu luas bagi orang lain yang membutuhkannya. Ada instruksi lain yang senantiasa terngiang, 'pakai barang atau ambil makan itu, ingat orang lain juga.'

BUKANLAH skandal mahaberat bahwa siapapun mesti cari hidup. Mengusahakan yang wajar demi hidup yang wajar pula adalah panggilan hidup. Kita memang mesti tekun bekerja dan berjuang. Sebab rejeki tak serta merta jatuh dari langit.

REPOTNYA jika hati telah terbelit pada yang fana tanpa berusaha. Di situ praktik koruptif siap menjebak. Yang jadi soal jika hati yang tak puas selalu hadir untuk mendera diri sendiri. Mata kita jadi redup bahwa ada sesama yang  juga (lebih) membutuhkan. Mungkin  lukisan ini tak indah: 'lemari sudah full pakaian, namun kenapa kah masih tetap merasa telanjang juga?

KITA memang harus bekerja, tetapi berani pula untuk mengatakan pas atau cukup bagi diri sendiri. Yang lain demi kebaikan bersama. Sebab itulah, dalam alur Yesus, mata yang adalah pelita tubuh ini mesti menatap penuh tajam apa yang bergelora dalam hati.

MATA yang terang selalu sanggup melihat dunia dan sesama dalam bingkai yang lebih luas. Hatinya menjadi risau dan terpanggil untuk bertindak sesuatu.  Sebaliknya, mata yang pudar-pudar dan redup hanya bertahan pada sorotan akan gunung harta yang tertimbun tinggi. 

HATI ingat diri yang terlilit dan tersilau oleh timbunan harta tentu akan sulit mengetahui keadaan yang sesungguhnya di balik 'timbunan harta itu.' Acapkali kita dipuji sebagai 'orang atau kelompok orang yang sudah maju dan mandiri'   dalam banyak hal. Tetapi benar kah demikian? 

GEREJA yang maju dan mandiri apa kah berarti sebatas Gereja yang 'telah mengumpulkan banyak dan aman dalam hal kemandiriannya?' Atau kah sepantasnnya mesti terasa jauh lebih kuat dalam artian Gereja yang solider, dalam arti saling berbagi? 

DALAM Injil, sekian banyak pengajaran Yesus lebih berpautan pada  batu sandungan harta dan kemewahan. Itu terjadi saat para murid tidak belajar untuk 'memberi mereka makan' (Mrk 6:37). Pun terjadi saat para murid tak sanggup memaknai apa arti mengumpulkan harta di surga.

YANG jadi tantangan mahaberat adalah saat para murid itu, demi harta duniawi, merasa gelisah pada perkara bagaimana mencari, memburu dan menimbun dalam sunyi dan diam. Tidak pula dalam keberserahan tulus yang solider gerak dan sifatnya.  

SYUKURLAH. Para pengikut Yesus tak memiliki 'mata yang jahat.' Sebab Tuhan menaruh dalam diri kita 'mata yang baik.' Karena itulah kita sanggup melihat dunia dan sesama dengan lebih terang dan jelas. Dengan lebih terbuka. Terkadang 'pencuri' terpaksa membongkarnya. Sebab ia tahu terlalu lama kita menimbun semuanya. Oleh hati yang dirayapi ngengat dan karat.' 


Verbo Dei Amorem Spiranti


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar