Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; KITA Sering Merasa Lelah Di Jalan Hidup iIni, Bahkan Terkadang Serasa Tenaga Sekian Terkuras

Jumat, 03 Juni 2022


Rasa Lelah hilang dengan begitu cepat, terpulihkan secara otomatis setelah  menyaksikan pertumbuhan sorgum di lahan kritis, di Dusun Pesi, Desa Golo Ndari, Kecamatan Lambaleda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur-NTT. Sorgum atau Pesi dalam bahasa Manggarai adalah Jenis Pangan yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat setempat sejak lama, ditinggalkan kemudian setelah masuk revolusi hijau melalui gerakan Operasi Nusa Makmur (ONM) tahun 1980-an yang mengutamakan beras sebagai bahan pangan pokok. Yayasan Ayo Indonesia, Yayasan Kehati Jakarta, Gereja, dan Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur menghidupankan kembali local wisdom (kearifan lokal) terkait Sorgum/pesi sebagai sumber pangan sehat dan bergizi sejak 3 Tahun Lalu di beberapa tempat sepanjang Daerah Aliran Sungai PESI/FOTO PATRIS. AYO MARI KITA TANAM SORGUM TERUTAMA DI LAHAN KRITIS


(Pekan VII Paskah, St Karolus Lwanga, Para Martir Uganda, St Matya Mulumba, St Kevin dr Glendalough)

Bacaan I Kisah Para Rasul 25:13-21

Mazmur Tanggapan Mzm 103:1-2.11-12.19-20ab

Injil Yohanes 21:15-19

"Benar Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu! Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau"

Yoh 21:17

(Dòmine, tu omnia nosti: tu scis quia amo te)


ADA satu kekuatan besar yang kita miliki dalam diri. Kekuatan itu sering tersembunyi. Berada dalam keheningan batin. Tak terungkapkan nyata. Ia tak ubah bagai bara api yang membakar semangat. Menderukan harapan.


TAK semua hal di sudut batin yang mesti kita suarakan. Yang wajib kita ungkapan. Sebab setiap orang tentu mengalami 'misteri diri dan kehidupan yang amat pribadi' dalam perelasian dengan Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. 


KITA sering merasa lelah di jalan hidup ini. Bahkan terkadang serasa tenaga sekian terkuras. Nyaris tanpa daya lagi. Ada satu hal yang bisa merantai kemerdekaan diri. Memasung kebebasan diri, yakni Ego diri yang haus akan segalanya. 


POPULARITAS, nama besar, reputasi, haus  pujian dengan sekian banyak pengakuan dari sesama teramat sering membius spontanitas. Sebab kita mesti melayani 'apa kata  orang tentang kita yang mesti jempolan dalam segalanya.'


MAKA, pada saatnya, kita mesti masuk ke 'ruang kudus Tuhan.' Di tempat itulah Tuhan justru telah memandang dan mengenal segala kedalaman seluruh diri kita.  


DI HADAPAN Tuhan kita mesti seperti 'apa adanya kita.' Untuk tak terjebak lagi dalam pencitraan diri penuh semu. Sebab, sekali lagi, tak ada yang tersembunyi tentang diri kita di hadapan Tuhan.


DI MALAM Perjamuan Terakhir Petrus mencitrakan diri sendiri sebagai  'pribadi kokoh, teguh, tak tergoyahkan' di hadapan Tuhan. Namun, ia akhirnya luluh dalam drama penyangkalan. Penuh kepahitan. Berujung tangisan sejadi-jadinya.


NAMUN, semuanya jadi berubah setelah kebangkitan Tuhan. Kepasrahan pada Yesus, Tuhan dan Guru akhirnya menjadi segalanya. "Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau." Kesadaran bahwa Tuhan telah mengenalnya, memberanikan Petrus untuk membangunkan kembali harapan untuk setia pada Yesus. 


KITA dilatih dan dituntun untuk mengenal diri. Tak ada yang salah di situ. Sayangnya, kita justru sering menolak dan tak mengakui sisi diri tertentu yang telah kita kenal itu. 


SAATNYA, kita kembali dalam lintasan jalan hidup kita yang sepatutnya bahwa: Tuhan sungguh mengenal kita sedalamnya.' Maka, di situ terbangkitlah harapan untuk tetap mengasihi Tuhan. Seperti apa adanya kita yang tulus dan penuh sukacita.


Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.

Amin. Alleluia.

Posting Komentar

0 Komentar