Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; Jadilah Orang Baik Bila Kita Istimewa


Menjadi Orang Pilihan Istimewa


PW SANTO IRENEUS, USKUP DAN MARTIR Selasa, 28 Juni 2022
Bacaan: Amos 3: 1-8; 4: 11-12; Matius 8L 23-27

Bangsa Israel adalah satu-satunya bangsa pilihan Tuhan di muka bumi. Lewat nabi Amos, beginilah sabda Tuhan kepada mereka: “Hanya kalian yang Kupilih dari segala kaum di muka bumi. Sebab itu Aku akan menghukum kalian karena kesalahanmu” (Am 3: 2).

Berdasarkan sabda Tuhan ini, sesungguhnya ada banyak sekali suku bangsa besar di muka bumi ini. Tetapi suku bangsa yang Tuhan pilih bukanlah salah satu dari banyak suku bangsa besar yang lain. Yang Tuhan pilih adalah bangsa Israel. Bangsa-bangsa lain sama sekali tidak tidak dipandang oleh Tuhan. Tuhan hanya melirik, mengambil dan memilih bangsa Israel untuk menjadi bangsa istimewa atau bangsa kesayangan-Nya.

Bersyukur Atas Pilihan Istimewa

Secara logis manusiawi, bangsa Israel mesti bersyukur dan berterima kasih kepada Allah. Mereka harus berbangga dengan status mereka yang istimewa. Wujud rasa syukur dan rasa bangga itu adalah cara hidup yang berkenan kepada Tuhan dan sesama sejalan dengan keistimewaan jatidiri mereka. Mereka harus menjadi orang yang baik, orang yang taat dan patuh, orang yang tekun dan setia untuk mendengarkan dan mengikuti Tuhan. Mereka tidak boleh merusak hidup mereka sendiri dan hidup orang lain.

Akan tetapi, dalam kenyataan, mereka justru banyak berbuat dosa dan kejahatan. Cara hidup mereka bertentangan dengan rencana dan kehendak Tuhan. Mereka terus menjauh dari Tuhan dan “tidak berbalik” lagi kepada-Nya (Am 4: 11). Mereka membangkang dan keras kepala kepada Tuhan.

Pilihan Istimewa Tidak Bebas Dari ‘Hukuman’

Menurut pikiran umum, orang yang istimewa pasti juga diperlukan secara istimewa. Artinya, sebagai bangsa istimewa dan bangsa kesayangan Tuhan, pasti orang Israel selalu dilindungi dan dibela oleh Tuhan. Hal demikian memang banyak terjadi dalam perjalanan bangsa Israel ketika mereka keluar dari Mesir. Tuhan benar-benar menjaga dan memelihara mereka dari kelaparan dan dari serangan-serangan musuh.

Akan tetapi sikap dan perbuatan Tuhan seperti itu tidak pernah membenarkan dosa dan kejahatan yang mereka lakukan. Maka ketika mereka berbuat dosa dan kejahatan, mereka juga benar-benar dididik dan dibina, bahkan dihajar dan dihukum oleh Tuhan. Melalui Amos, Tuhan berkata: “Aku telah menjungkirbalikkan kota-kotamu seperti Allah menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora, sehingga kalian menjadi seperti puntung yang ditarik dari kebakaran” (Am 4: 11).

Menjungkirbalikkan kota atau menghancurkan dan meluluhlantakkan bangunan-bangun jelas bukan perbuatan yang terpuji, tetapi hal itu bisa menjadi salah satu bentuk pendidikan dan pembinaan yang efektif bagi manusia yang berdosa dan melakukan kejahatan. Kadang-kadang bila bentuknya ringan-ringan dan enteng-enteng saja, manusia tidak bertobat. Tetapi dengan cara yang agak keras dan kasar manusia mengalami efek jera dalam hidup. Mnusia merasa ‘kapok’ dengan dosa dan kejahatan yang dilakukan.

Jadilah Orang Baik Bila Kita Istimewa

Seperti bangsa Israel, mungkin kita menjadi orang pilihan yang istimewa dari Tuhan. Kita memiliki banyak kemampuan dan kelebihan. Kita tidak mengalami banyak kesulitan, persoalan dan masalah dalam hidup. Kebutuhan hidup kita selalu cukup dan berkecukupan. Kita tidak menemukan kekurangan yang berarti. Kita selalu merasa terlindung dan terpelihara dengan baik.

Bila kita tergolong orang pilihan yang istimewa, hendaklah kita bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada sesama. Kita menjadi orang pilihan atau orang istimewa tidak terjadi hanya karena kehebatan kita sendiri. Tetapi kita menjadi orang pilihan atau orang istimewa, hal itu terjadi terutama karena berkat dan kemurahan Tuhan, karena belas kasih dan kasih sayang-Nya. Karena itu kita harus bersyukur kepada Tuhan dalam doa atau Ekaristi.

Selain Tuhan, pasti banyak juga orang lain ikut memberikan andil atau partisipasi dalam perjuangan kita. Pada umumnya kita tidak sukses atau berhasil sendiri dalam hidup. Keberhasilan kita banyak ditopang dan didukung dari banyak support dan uluran tangan orang lain. Karena itu ketika kita sudah berada pada posisi menjadi orang istimewa karena kesuksesan atau keberhasilan atau prestasi tertentu, kita tidak boleh lupa berterima kasih kepada orang lain. Kita menjadi orang yang beradab apabila kita tahu berterima kasih.

Bila kita tidak tahu bersyukur kepada Tuhan dan tidak tahu pula berterima kasih kepada sesama, pantaslah kita mendapat semacam ‘punishment’ atau hukuman untuk memperbaiki diri dan hidup kita. ‘Punishment’ atau hukuman memang rasanya amat negatif, tetapi sesungguhnya ‘punishment’ atau hukuman merupakan suatu jalan ‘edukatif’ atau ‘rehabilitatif’ untuk membangun, membina dan membentuk diri dan kepribadian kita agar menjadi lebih baik, lebih berkenan dan lebih berguna bagi Tuhan, bagi orang lain dan bagi diri sendiri.

Kitab Amsal memberikan nasihat yang sangat konkrit dan praktis: “Jangan menolak didikan dari anakmu, ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati” (Ams 23: 13-14).
Rotan adalah sebuah simbol ‘punishment’ atau hukuman. Dengan memberi dan menerima hukuman, kita menyelamatkan hidup seseorang. Orang tua mencintai dan menyelamatkan anaknya. Jangan sayang rotan bila kita sayang anak.

Perumpamaan Yesus menjadi lebih tegas bahkan lebih keras lagi. “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah” (Yoh 15: 2). Dengan perumpamaan ini, hukuman yang terukur adalah sebuah proses ‘pemotongan’ atau ‘pembersihan’ agar kehidupan manusia menjadi ‘lebih banyak berbuah’ bagi Tuhan, bagi sesama dan bagi orang lain.

Doaku dan berkat Tuhan
Mgr Hubertus Leteng






Posting Komentar

0 Komentar