Header Ads Widget

Anyam Nyiru dan Tanam Sayur-Sayuran Bertujuan Ekonomi dan Gizi

UMPUNGJAYASIAR.COM


Tanam labu unggul untuk ekonomi dan gizi



Bapak Rofinus Dama, 70 Tahun, Kampung Jaong

Anyam Nyiru Dan Tanam Sayur-Sayuran Untuk Ekonomi

umpungjayasiar.com, Ruteng. Koordinator Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi dan staf lapangan Agribisnis dari Yayasan Ayo Indonesia, Selasa (21/9/2021) mengunjungi keluarga Matias Jelahu, salah satu peserta program pemberdayaan sosial ekonomi bagi keluarga dari para penyandang disabilitas di kelompok Tungku Mose Jaong, Desa Jaong,Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai-NTT. Tujuan kunjungan kedua staf Ayo Indonesia ini adalah untuk melihat perkembangan bayi bantuan dari Yayasan Bina Swadaya, anggota Jaringan Masyarakat Katolik melawan Covid-19 (JKMC) dan usaha sayur-sayuran

Anak Perempuan usia 20-an tahun, sulung dari 4 bersaudara, anak dari Bapak Mathias mengalami gangguan mental dan sekarang sudah semakin membaik, karena kondisi anaknya yang demikian maka mathias diajak bergabung ke dalam kelompok keluarga penyandang cacat Tungku Mose oleh Pengurus Forum Inklusi Paroki Santu Pio Langke Majok dan staf lapangan program disabilitas dari Ayo Indonesia untuk pemberdayaan sosial ekonomi keluarga difabel.

Kelompok difabel Tungku Mose didampingi oleh Yayasan Ayo Indonesia sejak dua tahun lalu, mereka diberdayakan secara sosial ekonomi melalui upaya peningkatan ketrampilan tentang cara membuat tempe, belajar melek keuangan dan penerapan pertanian organik pada budidaya sayur-sayuran untuk tujuan ekonomi, gizi dan ekologi.

Pada bulan Februari 2021, Mathias beruntung mendapat bantuan 1 ekor babi berumur 3 bulan dari Yayasan Bina Swadaya Jakarta, untuk menjamin ketersediaan pupuk kandang yang digunakan pada lahan sayur-sayuran di sekitar rumahnya.

Bantuan ternak ini ternyata tidak sia-sia, ketekunan Matias dan isterinya mengumpulkan kotoran ternak dari kandang babi yang terletak di belakang rumah mereka untuk dijadikan bahan baku pupuk organik, ditambah dengan kotoran ternak sapi yang dikumpulkan di sekitar tempat ikat sapi milik warga kampung Jaong menghasilkan hasil . Kotoran sapi dan babi yang telah diolah menjadi pupuk organik telah menyuburkan 7 bedeng lahan sayur-sayuran di belakang rumah mereka. Sayur-sayuran jenis labu, sawi dan petai tumbuh subur. Jenis sayur-sayuran ketiga dijual dan dibeli oleh warga di desa jaong dengan total penjualan 1.1 juta rupiah. Setiap upaya yang baik pasti akan menghasilkan meski banyak tantangan yang menghadang.

Menanam sayur-sayuran untuk tujuan ekonomi, kata matias merupakan hal baru, selama ini sumber pendapatan utama untuk memenuhi kebutuhan uang bagi keluarga berasal dari usaha kerajinan menganyam nyiru. Usaha kerajinan ini telah menjadi penopang ekonomi dari banyak keluarga di Jaong sejak puluhan tahun yang lalu.



Babi bantuan dari Jaringan Katolik




“Dalam seminggu, saya dan isteri mampu menghasilkan 15 nyiru, dijual kepada para pedagang nyiru yang tinggal di kampung jaong dan pedang langke majok, dengan harga 15 ribu per buah. Namun penghasilan dari penjualan nyiru beberapa tahun terakhir, tidak bisa mencukupi kebutuhan keuangan keluarga lagi karena pengeluaran uang dari keluarga saya tahun setiap tahun terus meningkat, uang yang kami keluarkan tidak hanya untuk membeli sembako, biaya pendidikan anak-anak tetapi digunakan juga untuk adat dan sosial kemasyarakatan, kami berpartisipasi dalam kegiatan pengumpulan dana untuk pendidikan dan pernikahan dari warga kampung ataupun keluarga seketurunan,”cerita Mathias

Pada saat mengikuti pelatihan melek keuangan yang diselenggarakan oleh Yayasan Ayo Indonesia di Rumah Pastoran Paroki Santo Pio Langke Majok bulan Juli 2021 lalu, lanjut Matias, saya diberi narasumber satu format anggaran pendapatan dan belanja keluarga, dia meminta saya untuk mengisi format itu bersama isteri secara jujur . Setelah mengisi format itu, saya merasa sedih karena pengeluaran kami sangat besar, lebih banyak pengeluaran dari pada pendapatan, pantas selama bertahun-tahun kami tidak bisa menabung untuk masa depan keluarga, praktik pengaturan keuangan gali lubang tutup lubang yang selalu terjadi.

Rofinus Dama, 70 tahun dan Adrianus Hams, 55 tahun yang ikut lejong (bertamu) bersama staf dari Ayo Indonesia di rumah mathias membenarkan apa yang disampaikan matias tadi, dimana penghasilan dari kerajinan tangan dengan cara menganyam nyiru sekarang ini tidak bisa mencukupi kebutuhan uang keluarga, kebutuhan uang untuk membiayai berbagai jenis pengeluaran yang disebutkan mathias terus meningkat dari segi jumlahnya, ini sangat memberatkan dan bahkan memaksa beberapa orang untuk meninggalkan kampung pergi merantau mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang lebih banyak di Kalimantan dan Malaysia.

Baik Rofinus maupun Ardi sepakat untuk menyatakan bahwa pendapatan utama dari sebagian besar keluarga di Jaong adalah dari usaha anyam nyiru dengan kapasitas produksi 15 – 20 buah nyiru per minggu dari setiap keluarga, dikerjakan malam hari secara gotong royong.

Modal social merupakan salah satu kekuatan di sana, sudah lama ada di kampung jaong, praktek relasi social yang dijalankan sungguh menarik dan menginsipirasi, sebagai contoh mereka memproduksi nyiru secara gotong royong dan jika seseorang membutuhkan uang bisa meminjam uang dari warga lain tanpa bunga atau pinjaman dengan bunga nol rupiah. Kerelaan warga untuk memenuhi permintaan warga lain dalam proses menganyam nyiru patut diapresiasi, praktek hidup yang baik ini dipandang sebagai bentuk solidaritas setempat dalam meningkatkan ketahanan ekonomi. Modal sosial yang demikian membuat mereka bertahan secara ekonomi disaat masa pandemi covid-19.


Lejong dan makan siang bersama


Belajar dari pengalaman berharga ini, terkait persoalan kekurangan uang, Mathias dan Ardi terdorong untuk menambah lagi satu sumber pendapatan dalam rumah tangga mereka, yaitu dengan menanam sayur-sayuran secara organik di atas lahan sekitar tempat tinggal mereka. Keduanya mengaku bahwa usaha sayur-sayuran telah meningkatkan pendapatan namun skala usahanya masih sangat kecil karena terbatasnya sumber bahan baku pupuk organik dan kekurangan tenaga kerja untuk memproses pupuk organik.

“Dengan tenaga saya sendiri hanya bisa membuat pupuk organik 1 ton untuk digunakan pada lahan 1 are padahal potensi lahan masih cukup luas, saya bisa memanfaatkan kebun milik stasi,”ungkap Ardi, seorang petani organik yang sering dijadikan narasumber dalam mempromosikan pertanian organik di Paroki Santo Pio Langke Majok.

Dia juga berharap pemerintah membantu kami ternak sapi untuk menjamin ketersediaan bahan baku pupuk

Sebenarnya kami di sini punya anak-anak muda yang bisa membantu dalam membuat pupuk organik, tetapi, kata Ardi mereka tidak tertarik untuk bertani. Mereka lebih memilih untuk pergi merantau. Pemerintah harus membuat terobosan agar orang muda berminat pada bisnis hortikultura.

Sedangkan menurut pengamatan Mathias, anak-anak sekarang lebih banyak waktu digunakan main game di Hand Phone sampai jauh malam sehingga mereka tidur agak terlambat dan bangun pagi pun demikian, ada yang bangun pagi di atas jam 10, berbeda dengan orang-orang muda jaman sebelumnya sebelumnya ada HP, mereka bangun pagi-pagi membantu orang tua sebelum berangkat ke sekolah. Selama pandemi covid-19 ini karena tidak ada kegiatan belajar mengajar tatap muka frekuensi utama HP semakin banyak.

Meskipun situasi seperti ini, orang-orang muda susah diajak untuk bertani, kami tetap fokus menanam sayur-sayuran dan usaha anyam nyiru untuk meningkatkan penghasilan agar kebutuhan uang tercukupi, bisa menabung dan di saat kehabisan stok beras dari sawah sendiri untuk makan yang sering terjadi pada bulan Juli sampai dengan desember bisa diatasi dengan membeli beras di kampung lain atau di pasar Ruteng.

Penulis: Rikhardus Roden Urut



Segelas Kopi Arabika khas Manggarai FLORES

Lejong untuk menciptakan perubahan
Peran Pendamping adalah untuk analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan kemudian bersama petani merumus jalan keluar
Perlu mendorong orang muda untuk agribisnis










Kopi Widang Ciar








Posting Komentar

4 Komentar